GpdlGfO6GUAiTpMpTfr6GSOo

Slider

Jejak Imam Bonjol di Manado


foto Masjid Imam Bonjol di desa Lotta, Kec Pineleng, Kab Minahasa. Sulut 

Republiknews.com
- ,  Mesjid Imam Bonjol, Mesjid tersebut didirikan pada Tahun 1974 . sedangkan etnis muslim yang berdomisili di desa Lotta, Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa tersebut bukan merupakan keturunanya (Imam Bonjol).

Sesuai keterangan yang disampaikan oleh Imam Mesjid tersebut saat ini, beliau juga bertutur bahwa " Imam Bonjol di buang ke desa Lotta hanya sendirian saja , tidak ada yang mengikutinya" .

Seiring berjalannya waktu , Imam Bonjol kemudian bertemu dengan seorang Muslim yang kebetulan tinggal di desa tersebut , beliaulah (orang Pribumi) yang menjadi penunjuk jalan bagi Imam Bonjol .

Merujuk keterangan dari Imam Mesjid tersebut yang telah delapan tahun mengimami di Mesjid Imam Bonjol, bahwasanya sebelum Imam Bonjol dibuang ke Desa Lotta, memang di wilayah Kecamatan Pineleng pada saat itu sudah ada penduduk yang beragama muslim.

Imam Mesjid tersebut menuturkan bahwa “ Bila kita melihat sejarah, yang dimaksud dengan (tiga serangkai) adalah
Imam Bonjol yang di asingkan dipineleng desa Lotta, Kiayi Mojo yang diasingkan bersama pengikutnya ke Tondano (Jaton),
Pangeran Diponegoro yang diasingkan ke Makassar".

" Dan Imam bonjol ketika diasingkan kedesa (Lotta) tersebut tidak bersama pengikut, hanya sendirian saja . yang pada mulanya beliau bertempat di samping sungai Pineleng yang sekarang menjadi Indomart , setelah bertemu dengan (Orang Pribumi) , kemudian beliau mendapatkan tempat yang sekarang ini yang menjadi Makam beliau yakni di desa lotta ."

Disamping itu,  (Imam Bonjol) sendiri tidak memiliki keturunan selama beliau berada di desa Lotta (Pineleng) , sehingga etnis muslim yang berada sekarang didesa tersebut , merupakan campuran dari berbagai suku, ada suku Gorontalo , Jawa , Sangir , serta Minahasa sendiri . Tutur (Imam Mesjid) kepada Tim RepublikNews.

Sedangkan keberadaan Mesjid (Imam Bonjol) yang letaknya tepat berhadapan dengan Makamnya , didirikan oleh kaum muslim setempat yang berdomisili di desa lotta tersebut, yang pada waktu itu masih berbentuk seperti surau yang atapnya masih menggunakan daun Rumbia, atau oleh masyarakat sekitar menyebutnya Katu.

Kemudian, pada tahun 1974, Surau tersebut mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat dan berdirilah mesjid Imam Bonjol hingga saat ini, Sehingga dapat disimpulkan bahwasanya Mesjid Imam Bonjol sama sekali tidak ada kaitannya dengan Sang Pahlawan Nasional tersebut . karena beliau sudah lama meninggal barulah mesjid tersebut didirikan .

Kembali (Imam Mesjid) menuturkan, " bahwasannya tiga serangkai yang dibuang tersebut yakni Kiyai Mojo , serta Pangeran di ponegoro , merupakan ajudan dari Imam Bonjol , (Imam Bonjol) juga diakui oleh masyarakat setempat selain seorang Pahlawan dia juga merupakan Wali Allah" tutur  (Imam Mesjid).

Meskipun Islam telah ada di desa lotta tersebut, namun Imam bonjol juga diakui oleh masyarakat setempat termasuk salah satu yang menyebarkan Agama Islam di Pineleng .

Konon katanya, dulu di desa tersebut yang sangat ditakuti oleh masyarakat ketika datangnya penyakit Demam Berdarah , " jarang yang sembuh kalau sudah terkena penyakit tersebut sehingga  Pineleng yang sekarang ini , sebetulnya berada di desa Lotta , namun kampung tersebut di pilih untuk dipindahkan  ke atas yang menjadi kampung sekarang ini.  sehingga namanya menjadi “ Pineleng “ artinya Dipilih , desa lotta tersebut kala itu merupakan daerah yang berawa, yang penuh dengan lumpur , (Imam Bonjol) sendiri ketika masuk daerah tersebut , masih merupakan Hutan belantara"  ungkap (Imam Mesjid).

Beliau sendiri juga mengaku , bahwa mengetahui hal tersebut dari cerita para leluhur yang berada di desa tersebut .

Dirinya menceritakan bahwa sang Pahlawan Nasional tersebut sempat hilang di desa Lotta,  namun pada tahun 1960an, datang beberapa orang dari Pulau Jawa lalu menemukan makam yang diyakini adalah makam Imam Bonjol.

Dalam sejarah juga menjelaskan bahwa beliau (Imam Bonjol) tidak dikebumikan di desa (Lotta) , disitu hanya merupakan (Petilasan) beliau saja , akan tetapi (Imam Mesjid) membantahnya , berdasarkan cerita dari orang tua di desa tersebut yang usianya (115) thn yang oleh penduduk setempat biasa dipanggil dengan sebutan (Tete kasih) , beliau inilah yang mengatakan bahwa (Imam Bonjol) dikebumikan di situ di desa (Lotta) karena beliau termasuk salah satu orang yang menyaksikan langsung , bahwa (Imam Bonjol) benar-benar dikebumikan di desa Lotta.

Kemudian beliau ( Imam Mesjid ) tersebut menegaskan lagi bahwa " (Imam Bonjol) tidak ada pengikut , yang ada hanyalah “Penunjuk jalan “ (Orang Pribumi) , buktinya jelas" tutur beliau .

"Makamnya hanya satu yang disamping beliau yang ada bangunan seperti sebuah Rumah Minang itu adalah si penunjuk jalan (orang Pribumi) bukan pengawalnya (Imam Bonjol) . " kembali Imam Mesjid menjelaskan.

Sedangkan yang menjadi juru kunci makam tersebut adalah orang pribumi yang bermarga (YanMinggu), kemudian menikah dengan marga (Parengkuan) , sehingga merekalah yang menjadi juru kunci dimakam (Imam Bonjol) sampai sekarang ini .

Bahkan ada sebahagian warga muslim yang datang berkunjung ke makam tersebut sempat beberapa kali berselisih paham dengan (Imam Mesjid) dikarenakan mereka sering datang, kemudian sholat ditempat tersebut .

Hal ini,  menurut (Imam Mesjid) tersebut merupakan kekeliruan , karena didepan makam sudah ada Mesjid yang cukup luas , " kenapa harus sholat di dalam halaman Makam ," .

Yang membuat (Imam Mesjid) gusar , sebelum sholat mereka juga para peziarah mengumandangkan azan ditempat tersebut , "  padahal di mesjid depan makam sedang dikumandangkan azan ."

 Sehingga yang menjadi harapan dari Imam mesjid yang tidak lain adalah (Pak Murad Hasanudin),  berasal dari kalimantan (Banten) , " agar bila ada yang ziarah, ketika ingin mengerjakan sholat , maka silahkan datanglah ke mesjid yang ada di depan makam , terkecuali disitu tidak terdapat mesjid , maka silahkan saja . "

Kembali dirinya menuturkan supaya peziarah yang datang agar meminta keterangan kepada juru kunci, perihal makam serta gelar Pahlawan Nasional sekaligus Wali yang diakui penduduk setempat, agar tidak terjadi kekeliruan.

" karena Imam Bonjol tidak memiliki pengawal ketika dibuang atau diasingkan ke desa Lotta , yang ada hanyalah PENUNJUK JALAN yang tidak lain dari pada penduduk setempat." ungkapnya,  ketika ditemui tim RepublikNews, senin(03/08/20),  sore.
Salah satu sudut di dalam Mesjid Imam Bonjol


Penulis: Tamrin Lahiya




Special Ads
Special Ads
Special Ads
© Copyright - Republiknews
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.