GpdlGfO6GUAiTpMpTfr6GSOo

Slider

Jelang Munas Pertina 2020, Mencari Ketum Baru Atau Pertahankan Petahana ?


Republiknews.com. Akhir tahun ini Persatuan Tinju Nasional Amatir (Pertina) akan menggelar Musyawarah Nasioha (Munas) untuk memilih ketua umum (Ketum) baru. Mamang dalam Munas itu tak hanya sekedar memilih nakhoda baru juga membahas program empat tahun ke depan.

Hanya saja tak bisa dipungkiri bahwa setiap perhelatan Munas, pemilihan ketua umum baru selalu menjadi titik perhatian. Munas Pertina pun demikian, sejak dua bulan lalu masalah siapa yang bakal memimpin induk organisasi tinju tertingi di tanah air itu mulai marak dibicarakan.

Johnya Asadoma bersama peraih emas tinju SEA Games 2017 Kuala Lumpur, Malaysia.

Bahkan sudah ada yang secara terbuka mengusung calon seperti Mayjen TNI (Purn) Komaruddin Simanjuntak. Pencalonan Komaruddin konon sudah didukung oleh 18 Pengprov Pertina.

Siapa pun yang menjadi Ketua Umum Pertina empat tahun ke depan dipastikan bakal menghadapi tantangan yang cukup berat. Masalah pendanaan selalu menjadi kendala klasik sehingga banyak yang berharap Ketua Umum Pertina mendatang harus siap mengatasi masalah pendanaan ini.

Memang bukan perkara gampang untuk menggalang pendanaan di tengah kondisi bangsa morat-marit. Sungguh dibutuhkan figur Ketua Umum yang kuat dan punya akses luas dengan kalangan luar.

Petinju Indonesia Aldoms Suguro raih medali emas di kejuaraan tinju internasional di Mongolia. (Foto: Istimewa)
Pencalonan Komaruddin sebagai Ketua Umum Pertina periode 2020-2024 juga tak lepas dari harapan untuk mendambakan figur kuat dalam mengatasi masalah pendanaan di Pertina.

Pertanyaan ini tentu menjadi tantangan bagi siapa saja yang terpilih sebagai Ketum Pertina nanti termasuk Komaruddin jika memang pada akhirnya terpilih dalam Munas.

Lalu bagaimana dengan Ketua Umum Pertina periode 2016-2020, Irjen Polisi Drs Jhony Asadoma. Mantan petinju nasional yang pernah tampil di Olimpiade Los Angles, AS 1984 konon masih besedia untuk maju sebagai kandidat Ketua Umum Pertina.

Sebagai petahana, Johny Asadoma tentu masih punya keinginan menuntaskan program pembinaan yang belum tuntas dalam periode pertama kepemimpinannya di PB.Pertina.

Bercermin dari pengalamannya selama empat tahun memimpin PB.Pertina, Jhonya Asadoma sudah tahu apa yang harus dilakukan terutama bagaimana meningkatkan prestasi tinju amatir di tanah air.

Diakui atau tidak, di tengah keterbatasan pendanaan, Pertina di bawah kepempinan Johny Asadoma telah memberikan warna perubahan dan prestasi yang dicapaipun tidak terlalu mengecewakan.

Pada  Kejuaraan Tinju Internasional Piala Presiden 2019 yang berlangsung l 22 hingga 28 Juli 2019, bertempat di Gorontalo Field, Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, tuan rumah Indonesia mampu merebut 4 medali emas.

Dalam kejuaraan ini sebanyak 138 petinju yang berasal dari 28 negara turut serta Empat emas itu diraih oleh empat petinju Indonesia dari Tim Indonesia-A. Empat emas itu disumbangkan Samada Saputra, Mandagie Jill, Papendang Farand dan Muskita Maikel Robert.

Sebelumnya Indonesia mencatat sejarah di Kejuaraan tinju Internasional bertajuk ‘Ullan Baator Cup 2017’ di Mongolia, dengan modal enam orang petinju, Indonesia akhirnya pulang ke tanah air dengan membawa satu medali emas dan dua medali perunggu.

Ini jelas sebuah prestasi membanggakan. Adalah petinju kelas terbang (52 kg), Aldoms Suguro yang sukses mempersembahkan medali emas dan membuat Merah Putih berkibar di Velodrome Boxing Camp, Mongolia.

Masih di tahun yang sama, di ajang SEA Games ke-29 Kuala Lumpur, Malaysia, tim tinju Indonesia berhasil meraih satu medali emas, satu perak, dan satu perunggu. Medali emas lagi-lagi  dipersembahkan oleh petinju Aldoms Sugoro yang tampil cemerlang.

Memang kita akui, di ajang Asian Games, petinju Indonesia belum berhasil mengembalikan tradisi medali emas. Sudah 30 tahun lamanya tinju Indonesia tanpa emas. Terakhir medali emas dipersembahkan Pino Bahari di Asian Games 1990 Beijing, Cina. Namun kurang bijak rasanya jika belum berhasilnya tinju mengembalikan tradisi medali emas Asian Games itu dikarenakan kegagalan PB.Pertina pimpinan Johny Asadoma.

Kini semuanya dikembalikan kepada para Pengprov Pertina sebagai pemegang kedaulatan tertinggi di Munas nanti. Jika dalam Munas Pertina nanti hanya ada dua calon maka tak dapat dihindari pertarungan antara Komaruddin dan sang petahana Johnya Asadoma.

Keduanya tentu sama-sama memiliki keinginan untuk memajukan tinju amatir Indonesia. Hanya saja yang membedakan keduanya adalah, Komaruddin adalah pendatang baru yang nota bene masih perlu belajar dan memahami peta tinju amatir di tanah air.

Sebaliknya Johny Asadoma sudah berpengalaman dari periode pertama kepengurusannya sehingga dia sudah paham apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan prestasi.

Disamping itu Johnya akan berupaya menutupi apa yang menjadi kekurangannya selama empat tahun memimpin Pertina. Tak ada manusia yang sempurnas  tiada gading yang tak retak. (Suharto Olii) TOR . (T.L)
Special Ads
Special Ads
Special Ads
© Copyright - Republiknews
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.