GpdlGfO6GUAiTpMpTfr6GSOo

Slider

Sunan Kalijaga


Republiknews.com, Ketika berbicara tentang Sunan Kalijaga, maka yang akan terbersit pertama kalinya adalah tembang-tembang Jawa dan wayang kulit yang dipopulerkan oleh beliau dalam kegiatan dakwahnya.

Bertempat di Cirebon, beliau menyebarkan ajaran Agama Islam kepada masyarakat secara percuma, dengan penuh kesabaran, dan ketelatenan. Tujuannya pun sama dengan para wali lainnya, yakni untuk menebarkan kebaikan di atas ajaran-ajaran Islam.

Kisah perjuangan beliau dalam menyebarkan ajaran Agama Islam sangatlah panjang, sehingga wajib diteladani. Terbukti dengan mangkatnya (meninggalnya) beliau, sampai sekarang makamnya masih selalu ramai dengan peziarah yang dating dari seluruh pelosok negeri.

Siapa yang tahu kalau dibalik gelar seorang wali, ternyata Sunan Kalijaga dulunya memiliki pekerjaan yang jahat, yakni merampok.

Sejarah Sunan kalijaga

Ya, memang benar, kalau sebelum menjadi ulama besar atau wali, Sunan Kalijaga yang terkenal sangat bijaksana dan tenang tersebut adalah seorang perampok spesialis mencuri hasil bumi.

Bakatnya tersebut diawalinya di kala masih remaja, beliau sudah snagat jago bela diri. Beragam jurus silat dikuasainya, namun ternyata malah dipergunakan untuk hal yang negatif, yakni untuk bertarung, menganiaya orang, dan juga untuk merampok.

Tidak tahan dengan kelakuan raden Said, keluarganya pun memutuskan untuk mengusirnya jauh-jauh agar tidak menyusahkan orang lain lagi. Berhubung tidak ada rumah yang bisa ditinggali lagi, kemudian Raden Said tinggal di sebuah hutan yang bernama Hutan Jatisari.

Tidak jera, walaupun sudah diusir keluarganya dan tidak memiliki tempat tinggal dan kehidupan yang layak, Raden Said tetap menjadi seorang begal dan perampok. Hutan Jatisari yang menjadi hutan ramai karena banyak dilewati penduduk membuatnya sangat mudah mendapatkan mangsa.

Selain itu, Raden Said juga mendatangi rumah-rumah penduduk yang kaya dan mencuri hasil panennya di lumbung.

Tapi hasil rampokannya itu tidak dimakannya sendiri, melainkan diberikan kepada penduduk yang miskin. Bak pahlawan di mata orang miskin, namun petaka bagi orang-orang kaya karena tidak tenang menyimpan hasil panennya.

Pada suatu hari, Sunan Kalijaga pun juga ingin merebut tongkat Sunan Bonang yang tak sengaja ditemui di sebuah hutan. Tongkat Sunan Bonang yang terbuat dari emas langsung menyilaukan mata Sunan Kalijaga dan berhasrat ingin merebutnya untuk dijual dan uangnya akan dibagi-bagikan kepada rakyat miskin.

Sunan Bonang tetap mempertahankan tongkatnya sembari menyadarkan Sunan Kalijaga bahwa perbuatannya itu tidak benar. Sejak saat itulah kemudian Sunan Kalijaga menjadi murid Sunan Bonang.

Asal Mula nama Sunan Kalijaga

Kata “kalijaga” sebenarnya berasal dari dua kata yaitu “kali” yang merupakan Bahasa Jawa dari kata “sungai” dan kata “jaga” yang berarti menjaga atau menunggui, jadi “kalijaga” artinya menjaga sungai.

Berawal dari titah sang guru, Sunan Bonang. Kepada Raden Said atau Sunan Kalijaga untuk menjaga tongkatnya yang ditancapkan di sebuah sungai. Raden Said harus bersemedi di sana dan dilarang pergi atau bangkit dari semedi sebelum Sunan Bonang datang.

Semedi Raden Said bukan hanya dalam hitungan hari atau minggu saja lho, melainkan bertahun-tahun, tepatnya selama 3 tahun. Sejak saat itulah nama Raden Said diberikan nama lain, yakni Sunan Kalijaga.

Selama 3 tahun semedi, Sunan Kalijaga belum mendapatkan pelajaran apa-apa dari sang guru. Baru setelah semedilah Sunan Bonang mengajarkan banyak hal tentang agama, kehidupan, dan dakwah kepada Sunan Kalijaga.

Cara berdakwah Sunan kalijaga

Semenjak menjadi murid Sunan Bonang, Sunan Kalijaga pun giat dalam berdakwah. Beliau menggunakan media seni sebagai pelengkap dakwahnya agar lebih mudah dalam penyampaian, yakni menggunakan seni musik gamelan, seni wayang kulit, seni suara, dan seni ukir.

Lokasi awal yang dijadikan tempat untuk berdakwah Sunan Kalijaga adala wilayah desa Kalijaga Cirebon, Pamanukan, dan Indramayu.

Wayang kulit yang kini menjadi salah satu kesenian khas Jawa ternyata adalah gubahan dari Sunan Kalijaga yang diperkenalkannya saat melakukan dakwah. Jadi nggak langsung ceramah.

Makanya banyak sebutan yang disematkan kepada Sunan Kalijaga karena beliau adalah dalang yang handal, diantaranya adalah Ki Dalang Bengkok ( sebutan beliau di Kota Tegal ), Ki Unehan ( sebutan dari Majapahit ), Ki Dalang Kumendung ( Sebutan dari Purbalingga ), dan Ki Dalang Sida Brangti ( sebutan dari Pajajaran ).

Cara dakwah Sunan Kalijaga bukan hanya dengan seni saja, melainkan juga dengan menggunakan pendekatan lainnya yang konstekstual, seperti pendekatan politik, pendidikan, dan juga perekonomian dengan membantu mengembangkan revolusi alat-alat pertanian.

Dalam menjalankan dakwahnya, beliau tidak sok pintar, melainkna juga sambil belajar menjadi manusia yang lebih baik lagi, seperti tertuang dalam falsafahnya :

“Suro Diro Jayaningrat, Lebur dening pangastuti ( segala sifat keras hati, sok kuasa, dan angkara murka, hanya bisa dilebur dengan sikap bijak, lembut hati, dan sabar)”

Akulturasi Budaya menjadi pendekatan ciptaan Sunan Kalijaga yang masih dipakai oleh masyarakat modern sekarang ini, di mana di dalam mengilhami nilai-nilai agama itu akan semakin indah prosesnya dan tidak terasa berat jika menggunakan kesenian.

Karomah

Karomah Sunan Kalijaga ini adalah hasil dari bergurunya beliau kepada Sunan Bonang. Bukan hanya pandai dalam berdakwah, tetapi juga pandai dalam beberapa ilmu yang berhubungan dengan tenaga dalam dan keajaiban tetapi atas ijin Allah SWT.

Beberapa karomah yang dimiliki oleh Sunan Kalijaga adalah :

1. Asmak Sunge Rajeh

Karomah ini serupa dengan ilmu Nabi, yakni Nabi Khidir a.s. Sunan Kalijaga termasuk manusia istimewa yang mampu menguasai ilmu terdahsyat ini.
Ilmu yang satu ini didapatkannya saat melakukan perjalanan haji ke Mekkah. Di mana Sunan Bonang lah yang menyuruhnya untuk berhaji setelah Raden Said di angkat menjadi Sunan.

Di Mekkah, Sunan Kalijaga bertemu dengan dua guru barunya, yakni Nabi Khidir dan Maulana Maghribi.

2. Asmak Kidung

Berasal dai kata “kidung” yang artinya “nyanyian”, Amak Kidung ini adalah adalah nyanyian yang berisi tentang pujian yang dilafalkan dalam bentuk do’a-do’a untuk memohon keselamatan atau penolak bala.

Lagu ini merupakan lagu yang sakti ciptaan Sunan Kalijaga karena sangat ampuh memerangi segala macam ilmu hitam, seperti guna-gna, santet, teluh, atau pun pellet.

3. Aji Tapa Pendem

“Tapa” artinya semedi atau bertapa atau menyendiri dalam keheningan di tempat sepi. Namun semedianya tidak dengan duduk di atas batu atau duduk berdiam di dalam gua, melainkan dengan dikubur.

Tidak sampai meninggal, karena tujuannya adalah untuk bertapa. Ada yang dikubur layaknya orang meninggal, dan ada yang dikuburkan seluruh tubuh kecuali kepala.

Tujuan dari karomah ini adalah untuk meminta keselamatan dan berkah dalam menjalani kehidupan. Caranya memang sangat berat dan harus didampingi oleh guru atau orang yang professional.

4. Aji Kungkum

“kungkum” adalah kata dalam Bahasa Jawa yang berarti berendam. Semedi dengan cara ini adalah dengan berendam di sungai dalam kurun waktu tertentu.

Sunan Kalijaga sudah melakukannya sejak awal beliau bertemu dengan gurunya, Sunan Bonang, ketika disuruh menunggu tongkat emas.

5. Sapu Angin
Seperti ilumnya pendekar, kelebihan ini pun juga dikuasai oleh Sunan Kalijaga untuk melindungi dirinya dari segala macam mara bahaya. Dengan cepatnya, bak angin, beliau bisa berlari atau menghindar dari bahaya yang datang.

5. Singkri Sengkolo

Kedua kata tersebut berasal dari kata “ singkir” yang berarti mengyingkirkan atau membuang jauh dan kata “ sengkolo” yang berarti “kesialan”, jadi Singkir Sengkolo berarti menyingkirkan segala macam kesialan.

Bukan Sunan Kalijaga yang menyingkirkan, melainkan Allah SWT yang menyingkirkan lewat do’a yang dibacakan oleh Sunan Kalijaga.

Menurut Sunan, ada 6 jenis kesialan yang ada dalam kehidupan yang bisa saja datang sewaktu-waktu :

Sengkaa Bahu Lawean
Sengkala Patek Jangkar
Sengkala Rerewo Bedes
Sengkala Caluring
Sengkala Cangkring
Sengkala Kebo Cemani

6. Sapu Jagad

Nah kalian pasti sudah nggak asing dengan nama karomah Sunan Kalijaga yang satu ini karena sering dipakai sebagai nama-nama jamu atau usaha tertentu dan ternyata ini adlaah salah satu karomah Sunan Kalijaga yang sangat luar biasa.

Adapun do’a sapu jagad yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga yang juga sudah dihafal dan ditunaikan oleh umat Islam.

Dengan memiliki karomah ini, maka kehidupan manusia akan menjadi lebih baik, karena ilmu bukan hanya berwujud keselamatan saja, melainkan juga kemakmuran hidup.

Selain dalam bentuk ilmu-ilmu tersebut, karomah yang dimiliki oleh Sunan Kalijaga adalah kepribadian yang baik, bijak, tulus, pandai, cerdas, dan memiliki jiwa toleransi yang tinggi.

Fase kehidupan belianyang penuh dengan sejarah hidup yang berliku membuatnya semakin kuat dan terbukti masa dakwahnya paling lama, yakni sejak berdirinya kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, sampai Kerajaan Mataram.

Keturunan

Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1450 M, dengan nama Aslinya yakni Raden Said. Ada pula beberapa nama lain dari Sunan Kalijaga yakni Syekh Malaya, Lokajaya, Raden Abdurrahman, dan Pangeran Tuban.

Raden Said lahir dari seorang ayah bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur, yang merupakan seorang Adipati Tuban. Makanya ada salah satu nama lain beliau yang disebut Pangeran Tuban, karena beliau adalah putra Tumenggung.

Sunan Kalijaga sendiri memiliki istri yang bernama Dewi Saroh Binti Maulana Ishak dan memiliki 3 anak yang bernama Raden Umar Said atau Sunan Muria, Dewi Sofiah, dan Dewi Rakayuh.

Selain memiliki hubungan dengan Sunan Muria yang ternyata adalah putra kandungnya, Sunan Kalijaga juga memiliki hubungan dengan Sunan Giri, yang mana beliau adalah adik dari Dewi Saroh.

Sama seperti personel Wali Songo yang lainnya, Sunan Kalijaga ini juga memiliki silsilah keturunan dekat dengan Nabi Muhammad, karena menurut Van den Berg, seorang penasehat Belanda, kala itu, bahwa di dalam diri Sunan Kalijaga ini mengalir darah Arab.

Wafat

Sunan Kalijaga adalah wali Allah yang usianya paling banyak, lebih dari satu abad, tepatnya 131 tahun. Kemudian beliau tutup usia dalam keadaan jihad, karena masih meneruskan tugasnya dalam mengajarkan agama Islam.

Trik cerdas beliau dalam berdakwah yang membuatnya awet hidup adalah karena hati yang senang dengan banyaknya masyarakat yang masuk Islam. Beliau berkeliling semua wilayah binaannya dengan wayang kulitnya. Tapi untuk menyaksikan pertunjukkan wayang kulit, beliau menerapkan S&K. Tidak harus membayar untuk tiketnya, melainkan jika ingin melihat harus melafalkan dua kalimat syahadat.
Makam

Lokasi makam Sunan Kalijaga adalah di Demak dengan perawatan yang sangat baik, karena dijadikan sebagai salah satu situs wisata religi saat berkunjung ke Demak. Lokasi tepatnya adlaah di Desa Kadilangu, Demak. Ribuan peziarah mendatangai makam beliau untuk berdoa dan mendapatkan karomah yang berupa ilmu-ilmu Sunan yang sangat luar biasa. Namun kebanyakan tidak akan sanggup karena untuk menguasai ilmu Sunan diperlukan perjuangan yang keras.

Misteri Lukisan Sunan Kali Jaga

Jika diamati, lukisan dari Sunan Kalijaga ini berbeda dengan lukisan Wali Songo yang lainnya, karena image seorang wali itu selalu bersorban dan berjenggot. Tapi tidak dengan lukisan Sunan Kalijaga ini yang digambarkan dengan baju beskap Jawa loreng cokelat hitam dan memakai blangkon.

Namun sebenarnya ada dua versi lukisan Sunan Kalijaga yang beredar di masayarakat, yakni :

1. Lukisan Suhadi

Lukisan Sunan Kalijaga ini dibuat sekitar tahun 1970 oleh Suhadi. Dia adalah seorang pelukis yang sudah berusia 1 abad lebih.

Suatu hari dia bermimpi didatangi Sunan Kalijaga, sehingga dia bisa melukis wajah dari Sunan Kalijaga lewat mimpi itu.

Orang yang mengaku Sunan Kalijaga tersebut memang benar Sunan Kalijaga, setalah ditanyakan kepada juru kunci makam dan masjid Sunan Kalijaga, yang bernama R. Akhmad Mulyadi.

2. Lukisan Joko

Joko adalah seorang mahasiswa jurusan Seni di salah satu Sekolah Akademi Seni Rupa Yogyakarta. Dia diminta oleh Mulyadi dan Suhadi untuk melukiskan kembali wajah Sunan Kalijaga sesuai dengan mimpi mereka.

Na’as, setelah lukisan selesai, Joko meninggal. Mulyadi hanya mendapatkan duplikatnya, yang dipajangnya di salah satu rumah sesepuh Desa Kadilangu, sedangkan yang asli dibawah ketua PSSI, Bardosono.

Peninggalan

Sama dengan di masa kerajaan, fungsi peninggalan Sunan Kalijaga ini adalah untuk dikenang anak cucu dan generasi di masa datang. Khusus untuk masjid dimanfaatkan sebagai sarana ibadah hingga kini.

Selain masjid, ada banyak jenis peninggalan Sunan Kalijaga di masa dakwahnya. Berikut diantaranya :

1. Pohon Angsana

Pohon ini penuh dengan mitos, karena tdiak seperti pohon pada umumnya yang ditanam dari bibit, kemudian menjadi besar, melainkan pohon ini adalah wujud dari tongkat Sunan Kalijaga.

Menurut sejarah, Sunan Kalijaga menancapkan tongkatnya itu sebagai tanda lokasi yang akan dibangun masjid. Setelah Sunan Kalijaga melakukan perjalanan ke Demak, Adipati Terung mencari lokasi penancapan tongkat tersebut, dan ternyata ada di dekat sungai Tinalah.

Karena ragu, takut kalau nantinya bangunan masjid tidak awet karena terkikis air sungai, Adipati Terung tidak membangun masjid sesuai dengan tempat ditancapkannya tongkat, melainkan menggesernya agak ke timur. Alhasil sekembalinya Sunan dari Demak, merasa sangat kecewa karena pembangunan masjid yang tidak sesuai dengan perintahnya.

Alhasil masjid yang seharusnya sudah jadi, ternyata belum diberi atap. Terpaksa daun alang-alang dijadikan atapnya.

Adipati Terung yang tidak mau mendengarkan perintah Sunan Kalijaga pun kemudian dijuluki Adhipati Bodho.

Bagaimana dengan nasib tongkat yang ditancapkan Sunan Kalijaga? Apakah hilang atau masih bisa dilihat sampai kini sebagai wujud peningglan beliau?

Ya, masih bisa dilihat tapi sudah berubah wujud menjadi sebuah pohon yang disebut pohon angsana yang tumbuh subur sampai sekarang. Letaknya di sebelah barat masjid.

2. Belik
Belik disebut juga dengan mata air yang muncul di lokasi ditancapkannya tongkat Sunan Kalijaga. Kalau jadi didirikan masjid di situ, maka nggak perlu lagi membuat sumur karena sudah tersedia mata air yang jernih dan masihmengalir sampai sekarang.

2. Masjid Kedondong

Masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Sunan Kalijaga yang terletak di Dusun Semaken I, desa Banjararum, kecamatan Kalibawang, Kulon progo, Jawa Tengah. Masjid ini umurnya lebih tua dari pada Masjid Agung Demak lho.

Bukti sejarah yang menyatakan bahwa Sunan Kalijaga pernah berdakwah di Cirebon. Solihudin Qosim, sang T’mir Masjid Kedondong pun membenarkannya, bahwa masjid ini adalah masjid peninggalan Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga bertitah kepada salah satu muridnya, Adipati Terung untuk membangun masjid ini. Beliau tidak menunggui sampai selesai, melainkan langsung melanjutkan perjalanan ke Demak.

3. Desa Keyongan

Sebuah desa kecil yang berada di wilayah Grobogan, Jawa Tengah ini adalah sebuah desa kecil yang diberi nama oleh Sunan Kalijaga. Di mana beliau berkunjung ke sana untuk mencari kayu bahan pembangunan masjid Demak.

Mengapa nggak nyari di desa lain? Karena memang kualitas kayu jati di desa keyongan terkenal bagus dan berkualitas.
Sisa-sisa kayu yang sudah tidak terpakai kemudian dikubur di Gunung Kuncup sehingga bisa dijadikan jejak sejarah Sunan Kalijaga di tempat ini.

Nama desa tersebut menyerupai nama dari hewan bercangkang yang berhabitat di sungai, parit, atau sawah, yakni keong. Ya karena memang desa tersebut dulunya banyak dijumpai hewan keong.

4. Sendang Sambeng

Ini adalah sebuah danau yang berada di desa Keyongan tadi. Dulunya, di desa Keyongan tidak ada sumber air sama sekali, sehingga Sunan Kalijaga kesusahan untuk berwudhu.

Beliau pun berdo’a meminta kepada Allah agar dianugerai sebuah sumber air di desa itu dan akhirnya terkabul. Kemudian untuk menjaga belik tersebut, Sunan Kalijaga menanam pohon-pohon di sekitarnya dengan dominasi pohon sambeng.

Nah, di sendang inilah pusat dari kemunculan keong di Desa Keyongan. Subhanallah.

5. Gunung Kuncup

Di gunung inilah banyak peninggalan Sunan Kalijaga yang masih dijaga dengan baik. Selain beberapa sisa kayu yang dikuburkan, ada juga makam salah satu muridnya yang ada di sini, yakni Syekh Abdul Rohman.

Di mana muridnya itulah yang diberikan tanggung jawab untuk menjaga peninggalan-peninggalan Sunan Kalijaga.

6. Lukisan Sunan Kalijaga

Di mana yang sebelumnya disebutkan kalau ada dua lukisan Sunan Kalijaga yang telah berhasil dibuat berdasarkan pada mimpi Mulyadi dan Suhadi. Luksian yang pertama dilukis oleh Suhadi, sedangkan lukisan kedua dibuat oleh Joko.

7. Tombak

Ada dua buah tombak peninggalan Sunan Kalijaga yang dijaga oleh juru kunci makam, Mulyadi, yakni bernama Tombak Kyai Panatas dan Tombak Kyai Sirikan.

Kedua tombak peninggalan Sunan Kalijaga tersebut terbat dari emas pada ujungnya.

8. Wayang kulit

Ini juga termasuk dalam peninggalan Sunan Kalijaga jug lho, soalnya beliau nggak pernah ketinggalan untuk menggunakan media kesenian ini saat berdakwah. Masyarakat suka karena memang unik caranya dengan berbagai macam tema dalam alur cerita yang dipentaskan.

Tidak ada yang bisa memastikan sosok Sunan Kalijaga yang misterius, namun bagi yang didatangi dalam mimpi sudah pasti sangat jelas bangaimana wajahnya. Jawa banget penampilannya, nggak kelihatan kalau beliau adalah seorang wali.
Sunan Kalijaga ini pun bukan wali biasa, karena memiliki karomah yang unik. Bukan hanya ilmu agama saja yang menjadi kelebihannya, melainkan juga ilmu kanuragan dan ilmu kejawen.

Hubungannya pun dengan peninggalan-peninggalannya yang kebanyakan berupa kesenian. Salah satunya adalah kesenian wayang kulit yang sampai sekarang menjadi kesenian khas Jawa. (T.L)
Special Ads
Special Ads
Special Ads
© Copyright - Republiknews
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.