GpdlGfO6GUAiTpMpTfr6GSOo

Slider

Taufik Abdullah Sang Begawan Sejarah


Republiknews.com - Jakarta, Mengawali tahun baru 2021, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia meluncurkan sebuah buku berjudul “85 Tahun Taufik Abdullah: Perspektif Intelektual dan Pandangan Publik” tepat di tanggal kelahirannya pada 3 Januari. 


Plt. Kepala Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya LIPI, Ahmad Najib Burhani mengatakan, terbitnya buku 85 Tahun Taufik Abdullah adalah buku yang menjadi inisiasi dari para akademisi, wartawan, tokoh masyarakat yang mengenalnya dengan baik untuk turut berkontribusi dan menuangkan dalam sebuah tulisan. 


“Muncul sebuah perasaan seperti apa posisi dan pengaruh beliau yang begitu tinggi dan begitu penting dalam dunia keilmuan yang ada di Indonesia,” tuturnya dalam peluncuran buku 85 tahun Taufik Abdullah, pada Minggu (3/1/20) di Jakarta.


“Sebagai bagian dari penulis buku, saya memberikan judul ‘Taufik Abdullah Sang Begawan Sejarah’, karena beliau merupakan Begawan atau salah satu Dewa yang tertinggi dalam keilmuwan sejarah di Indonesia,” terang Najib. 


Dikatakannya, Sang Begawan mampu mempertahankan diri untuk terus berada di level kesarjanaan, selama lebih dari 5 dekade sejak 1970-an sampai 2021. “Pengakuan dan kesaksian yang ditulis oleh para akademisi, wartawan, tokoh masyarakat yang ada dalam buku ini, telah membuktikan tentang kebesaran seorang Taufik Abdullah pada sejarah Indonesia,” tambahnya.


Najib mengungkapkan, ada empat poin penting pemikiran Taufik Abdullah sebagai seorang sejarawan. Sebagai ilmuwan sosial papan atas yang mampu menjaga konsistensi dirinya sebagai akademisi unggul dalam rentang waktu yang sangat lama. 


Gelar Philosophy Doctor (Ph.D) dari Cornell University pada 1970 yang diterimanya, adalah gelar Doktor kedua yang diberikan universitas tersebut kepada orang Indonesia. Sartono Kartodirdjo adalah yang pertama menerimanya.


Taufik Abdullah adalah akademisi yang diberkahi dengan kesehatan prima dan umur yang panjang; Ketiga, ilmuwan yang mengenal seluk-beluk budaya Minang Kabau, mulai tradisi, sejarah, hingga kehidupan masyarakatnya. Menariknya pengetahuan beliau tentang Minang Kabau ini, justru yang membuatnya menolak untuk menjadikan Provinsi Sumatera Barat menjadi Daerah Istimewa Minang Kabau. 


“Menurutnya, yang membuat Minang Kabau besar adalah tidak berpikir sempit dan lokal, tetapi berpikir nasional dan global,” sebut Najib.


Selain identik dengan ilmu sejarah, Taufik Abdullah, merupakan salah satu ilmuwan besar yang dilahirkan oleh LIPI. Najib juga menyebutkan, selain seorang ilmuwan tetapi juga sebagai seorang birokrat, yang pernah menjadi Kepala LIPI periode 2000-2002, dan satu-satunya Kepala LIPI yang berlatar belakang Ilmu Sosial Humaniora. 


“Menjadi birokrat di LIPI itu berbeda dari tempat lain, lebih banyak kerja melayani terkait penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,” tutur Najib.  


Pada gelar peluncuran buku ini, Taufik Abdullah berpesan untuk melakukan riset dan menulis, beliau menyatakan bahwa ketika menulis, berikan yang terbaik. 


Dirinya juga mengatakan bahwa dirinya merasa benar-benar berterima kasih dan beruntung memiliki kawan yang demikian banyak. Ia juga berpesan “Friendship yang paling penting. Kalau anda sombong, tidak akan ada yang peduli, namun karena ada perasaan persahabatan itu, ternyata, walaupun sudah sekian lama, karena saya dianggap kawan, tidak akan dilupakan.” Sumber lipi.  (T.L)

Special Ads
Special Ads
Special Ads
© Copyright - Republiknews
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.