 |
| Foto sumber: detik.com |
Republiknews.com – Jakarta, Sejak terpilihnya Krisna Bayu sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Federasi Kurash Indonesia (PB.Ferkushi) periode 2021-2025 melalui musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) 6 April 2021 lalu, diakui atau tidak, Kurash Indonesia terbelah dua (dualisme).
Krisna Bayu yang juga legenda hidup judo Indonesia itu didaúlat oleh18 Pengprov Ferkushi memimpin Ferkushi Indonesia empat tahun.ke depan.
Seperti sudah pernah diberitakan sebélumnya, Munaslub Ferkushi yang berlangsung di salah satu hotel kawasan Gondangdia Menteng Jakarta Pusat ini sebagai bentuk kekecewaan 18 Pengprov atas buruknya kinerja PB.Ferkushi pimpinan Abdúl Hafil Fuddin.
Pensiunan Jenderal Bintang Dua yang pernah menjabat Pangdam Iskandar Mudah (Aceh) itu dinilai banyak melakukan pelanggaran AD/ART organisasi Ferkushi.Namun Hafíl Fuddin pun tidak merasa terusik dengan penyelenggaraan Munaslub Ferkushi 2021 itu. Pria berdarah Aceh itu percaya diri memimpin Ferkushi meski secara faktual.sudah muncul kepengurusan Ferkushi yang baru.
Sementara Krisna Bayu yang juga merasa di atas angin karena didukung Pengprov Ferkushi yang legitimasi juga merasa percaya diri. Apalagi pasca Munaslub itu pihaknya segera mendaftarkan hasil-hasil Munaslub ke Kementerian Hukum dan Ham (Kemenkumham) untuk mendapatkan pengakuan dan kekuatan hukum.
Dengan melihat kondisi seperti itu maka dualisme Ferkushi ini akan berujung pada pembuktian fakta hukum. Artinya kedua kubu harus mampu membuktikan fakta-fakta hukum bila mana masalah adanya dualisme ini di bawah ke ranah hukum, Badan Arbitrase Olahraga Indonesia (BAORI)
Baik Ferkushi pimoinan Abdul Hafil Fuddin maupun Krisna Bayu tak bisa menghindari penyelesaian dualisme ini melalui pembuktian fakta hukum tadi. Pasalnya Hafil Fuddin sebagai Ketua Umum PB.Ferkushi periode 2019-2023 bersikukuh tak mau mundur kendati sudah dilakukan mosi tidak percaya oleh 18 Pengprov Ferkushi yang berujung Munaslub itu. TOR-(T.L)