GpdlGfO6GUAiTpMpTfr6GSOo

Slider

Apakah Seorang Murid Bisa Melewati Gurunya

Republiknews.com – Dalam mendalami Isalamul Khaffah, seorang Murid disebut dengan (Ma’mum) dan seorang Pembimbing Spiritual disebut dengan (Imam), antara Imam dan Ma’mumnya keduanya dilandasi dengan kecinta’an, guru mencintai ma’mumnya sebaliknya ma’mum mencintai Imamnya dengan demikian keridho’an pasti akan didapat (Rhodiah,wamardhiah), Jmu’at (10/12/2021).


Belajar spiritual (Ketaqwaan) memang tidak semudah kita membalikan telapak tangan, dibutuhkan keseriusan, ketekunan serta kebaktian yang sangat tinggi, baik terhadap sang Pencipta, para utusan serta yang menjadi perantara antara penuntun dan yang dituntun, apakah yang dituntun bisa melampaui sang penuntun ?


Qs : Al Hujurat Ayat 13

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya :

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.


Hadits :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ ».

Artinya :

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa dan harta kalian. Namun yang Allah lihat adalah hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564).


Hadits :

عَنْ أَبِى ذَرٍّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ لَهُ « انْظُرْ فَإِنَّكَ لَيْسَ بِخَيْرٍ مِنْ أَحْمَرَ وَلاَ أَسْوَدَ إِلاَّ أَنْ تَفْضُلَهُ بِتَقْوَى »

Artinya :

Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Lihatlah, engkau tidaklah akan baik dari orang yang berkulit merah atau berkulit hitam sampai engkau mengungguli mereka dengan takwa.” (HR. Ahmad, 5: 158. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari sanad lain).

Firman Allah dan kedua hadits pendukung diatas inilah yang menjelaskan kepada kita tentang keunggulan manusia. Perhatikan firman Allah tersebut diatas “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,” kalimat ini sangat jelas dimana Allah mengingatkan manusia tentang asal kejadiannya, yang berasal dari dua orang ibu bapak laki dan perempuan sehingga Manusia ada dimuka bumi ini secara sunnahtullah serta derajatnya setara.


kemudian kalimat selanjutnya “kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.” Setelah mereka berada dimuka bumi dengan jumlah yang banyak, maka Allah jadikan mereka berbangsa serta berbagai suku, ini sangat jelas, tidak ada pengecualian, semua setara. Lalu kalimat “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” Jelas, dalam keadaan setara tersebut Allah menggunggulkan manusia dari sekian banyak manusia dengan Ketaqwaan, siapa yang bertaqwa dihadapan Allah maka dia yang menjadi unggul.    


Kemudian keterangan hadits pendukung yang sejalan dengan firman Allah tersebut diatas perhatikan hadits pertama khusus pada kalimat “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa dan harta kalian. Namun yang Allah lihat adalah hati dan amalan kalian.” Juga kalimat pada hadits yang kedua perhatikan “Lihatlah, engkau tidaklah akan baik dari orang yang berkulit merah atau berkulit hitam” dan kalimat “sampai engkau mengungguli mereka dengan takwa.” Jelas, hanya ketaqwaan yang bisa mengungguli antara manusia satu dengan yang lainnya.


Untuk lebih jelasnyamaka akan dikemukakan 2 hadits tambahan, perhatikan kalimat pada hadits tersebut di bawa ini.


Hadits :

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang shahih, Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata,

لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِنَبِيِّ اللهِ صلى الله عليه وسلم، دَخَلَ الجَنَّةَ، فَسَمِعَ مِنْ جَانِبِهَا وَجْسًا، قَالَ: يَا جِبْرِيلُ مَا هَذَا؟ قَالَ: هَذَا بِلالٌ الْمُؤَذِّنُ”. فَقَالَ نَبِيُّ اللهِ صلى الله عليه وسلم حِينَ جَاءَ إِلَى النَّاسِ: “قَدْ أَفْلَحَ بِلاَلٌ، رَأَيْتُ لَهُ كَذَا وَكَذَا…

Artinya :

“Pada malam isra Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau memasuki surga. Saat itu beliau mendengar suatu suara. Beliau bertanya, ‘Hai Jibril, suara apa itu?’ Jibril menjawab, ‘Itu Bilal sang muadzin’. Saat bertemu dengan khalayak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh beruntung Bilal. Aku melihatnya dalam keadaan demikian dan demikian’.” (HR. Ahmad 2324).


Hadits :

Diriwayatkan oleh al-Hakim. Ia menyatakan riwayatnya ini shahih sesuai dengan syarat al-Bukhari dan Muslim. Walaupun keduanya tak meriwayatkannya. Dari Buraidah radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

أَصْبَحَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَوْمًا، فَدَعَا بِلاَلاً، فَقَالَ: “يَا بِلاَلُ بِمَ سَبَقْتَنِي إِلَى الجَنَّةِ؟ إِنِّي دَخَلْتُ الْبَارِحَةَ الجَنَّةَ فَسَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَ أَمَامِي”. فَقَالَ بِلاَلٌ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا أَذَّنْتُ قَطُّ إِلاَّ صَلَّيْتُ رَكْعَتَيْنِ، وَمَا أَصَابَنِي حَدَثٌ قَطُّ إِلاَّ تَوَضَّأْتُ عِنْدَهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: “بِهَذَا”

Artinya :

“Suatu pagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Bilal. Kemudian beliau bersabda, ‘Wahai Bilal, dengan amal apa kamu mendahului diriku di surga? Sungguh semalam aku memasuki surga. Aku mendengar derap bersuaramu (suara sandalnya) di depanku.” Bilal mennjawab, “Wahai Rasulullah, tidaklah aku melakukan suatu dosa sama sekali melainkan (setelahnya) aku sholat dua rakaat. Dan tidaklah diriku berhadats (batal wudhu), melainkan aku langsung wudhu lagi dan sholat dua rakaat.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkomentar, “Dengan amalan inilah (engkau begitu cepat masuk surga).” (HR. al-Hakim 1179).


Kedua hadits tersebut diatas inilah yang menjelaskan kepada kita bahwasannya sahabat Nabi Bilal berada didepan Nabi ketika berada didalam surga. Perhatikan lagi khusus pada kalimat ‘Sungguh beruntung Bilal. Aku melihatnya dalam keadaan demikian dan demikian.” Kemudian kalimat pada hadits kedua “‘Wahai Bilal, dengan amal apa kamu mendahului diriku di surga?” kalimat ini sangat jelas dimana Bilal mampu mendahului Nabi. 


Mungkin ada yang bertanya, tetapi bukankah ada hadits seperti ini 

Hadits :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“آتِي بَابَ الجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتفْتِحُ، فَيَقُولُ الْخَازِنُ: مَنْ أَنْتَ؟ فَأَقُولُ: مُحَمَّدٌ. فَيَقُولُ: بِكَ أُمِرْتُ لاَ أَفْتَحُ لأَحَدٍ قَبْلَكَ

Artinya :

“Aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat. Aku minta agar pintu dibuka. Penjaga surga berkata, ‘Siapa Anda?’ Aku jawab, ‘Muhammad’. Ia berkata, ‘Untukmulah aku diperintahkan (membuka pintu). Aku tak akan membukanya untuk seorang pun sebelummu’.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman 197).


Yang perlu dijelaskan adalah hadits tersebut diatas adalah sangat -sangat benar khusus pada kalimat “Aku tak akan membukanya untuk seorang pun sebelummu.” Disaat yaumil hizab kelak, akan tetapi ketika masih berada didunia Allah Swt mengirim RUH Bilal radiallahu’anhu kesurga, dan ia mendahului Nabi dalam kondisi tersebut, disisi lain bahwasannya Sahabat Bilal sama sekali tidak menyadarinya tentang hal itu, hal tersebut diketahui Bilal pada saat nabi bertanya kepadanya.


Contoh yang kedua, dalam kisah Syekh Abdul Qadir Jailani yang menggungguli para Guru-gurunya termasuk Syekh Al Hamad. Buktinya Syekh Abdul Kadir yang menjadi Wali Kutub. Dan mereka para Murid, atau ma’mum sama sekali tidak terbesit dalam hati mereka untuk menggungguli Pembimbingnya, mereka tidak mengetahui hal tersebut bila tidak diberitahukannya kepada mereka oleh Pembimbingnya. Inilah yang terjadi. (talia).

Special Ads
Special Ads
Special Ads
© Copyright - Republiknews
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.