GpdlGfO6GUAiTpMpTfr6GSOo

Slider

Kunker Dua Daerah di TPA Walikota Bitung Kepincut Dengan " Maggot"


Republiknews, Bitung - Walikota Bitung beserta rombongan melaksanakan kunjungan kerja terkait pengolahan sampah di dua derah yaitu, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Karangdiyeng, Mojokerto di provinsi Jawa Timur dan Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse and Recycle (TPS3R) di Dinas Lingkungan Hidup (DLH), di Kemantren Umbul, Kota Yogyakarta.


Dalam melaksanakan kunjungan Kerja (Kunker) Walikota Bitung Ir Maurits Mantiri MM didampingi oleh Kepala Dinas DLH Merianti Dumbela, Kadis PUPR Rudy Theno, Kabag Umum Theo Rorong, Kabag Protokol Albert Sergius, Sekretaris BKAD Riano Senduk dan 2 Stafsus yang membidangi.


Saat melaksanakan Kunker di TPA  Karangdiyeng, Mojokerto, Walikota Bitung mendapat dua manfaat yang didapatkan dari pengolahan sampah, yakni sampah non organik diolah menjadi paving blok dan ganteng.


“sampah organik diolah jadi Biokonversi maggot dan ini yang menarik karena bisa diterapkan di TPA Aertembaga Kota Bitung,” ucap Maurits.


Apalagi, lanjut Maurits, budidaya maggot tidak begitu sulit untuk dikembangkan, mengingat maggot berkembang biak dengan alami di alam sehingga mudah untuk mendapatkannya.


Mendengar kata" maggot" bagi sebagian awan mungkin masih terdengar asing .

 Namun, ketika mendengar kata "belatung" mungkin sudah sering kita dengar dan lebih familiar karena bentuknya yang menggelikan dan membuat bulu kuduk merinding.


Maggot atau dalam penyebutan lain disebut dengan belatung merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia Illucens dalam bahasa Latin.


 Seperti yang sudah disebutkan bahwa maggot merupakan larva dari jenis lalat yang awalnya berasal dari telur dan bermetamorfosis menjadi lalat dewasa.


Namun maggot bisa berpotensi ekonomi, terutama untuk pakan ternak, baik untuk ayam ataupun ternak ikan.


Sementara saat berkunjung ke Yogyakarta, walikota Bitung beserta rombongan, meninjau proses pengolahan sampah yang dikelola oleh bidang pengelolaan persampahan DLH, Kota Yogyakarta berdasarkan pada prinsip Reduce, Reuse and Rycycle (R3).


Mantiri mengatakan bahwa, hal seperti ini juga telah di lakukan oleh DLH Kota Bitung, namun kita masih harus meningkatkan lagi metode serta sarana dan prasarana pendukung untuk pengembangannya.


“Ini sudah pernah dan sementara dilakukan oleh kami, namun kami harus meningkatkan metode. Dan TPS3R Nitikan sediri menurut Mantiri dimulai sejak tahun 1994.

 Berawal dari pembangunan rumah kompos untuk pengolahan sampah organik hingga akhirnya kini bisa mengelola sampah organik skala Kota melalui pembuatan kompos, pupuk cair, eco-enzym hingga budidaya magot,” kata Mantiri.


“Saya rasa TPS3R Nitikan sudah komplit, karena memiliki fasilitas yang memadai dalam mengelola sampah. Dan semoga Kota Bitung kedepan bisa melalukan seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta,” bebernya 


Turut hadir dalam mendampingi Maurits pada Kunker, Kepala Dinas DLH Merianti Dumbela, Kadis PUPR Rudy Theno, Kabag Umum Theo Rorong, Kabag Protokol Albert Sergius, Sekretaris BKAD Riano Senduk dan 2 Stafsus yang membidangi.  

(*/Suryo)

Special Ads
Special Ads
Special Ads
© Copyright - Republiknews
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.