GpdlGfO6GUAiTpMpTfr6GSOo

Slider

Ilmul Yaqin Ainul Yaqin Wa haqul Yaqin

 


Republiknews.com – Kajian Islam, secara bahasa Ilmul Yaqin diartikan Yakin (percaya) dengan Ilmu, Ainul Yaqin bisa diartikan Yaqin (Percaya) dengan Melihat sedangkan Haqul Yaqin dimana seorang Berkeyakinan serta percaya dikarenakan Kebenaran yang datang pada dirinya dari Sang Rabbul Jalil.


Qs : At Takatsur ayat 1-8

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ 

Artinya :

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk kedalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan Ilmu Yaqin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘Ainul Yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). 


Qs : Az Zumar ayat 75

وَتَرَى ٱلْمَلَٰٓئِكَةَ حَآفِّينَ مِنْ حَوْلِ ٱلْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ ۖ وَقُضِىَ بَيْنَهُم بِٱلْحَقِّ وَقِيلَ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya :

Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling `Arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya; 


Qs : An Najm ayat 13

وَلَقَدْ رَءَاهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ

Artinya :

Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,


Qs : An Najm ayat 16

إِذْ يَغْشَى ٱلسِّدْرَةَ مَا يَغْشَىٰ

Artinya :

(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.


Qs : At Takwir ayat 23

وَلَقَدْ رَءَاهُ بِٱلْأُفُقِ ٱلْمُبِينِ

Artinya :

Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang.


Qs : Al Hajj ayat 46 

أَفَلَمْ يَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ أَوْ ءَاذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى ٱلْأَبْصَٰرُ وَلَٰكِن تَعْمَى ٱلْقُلُوبُ ٱلَّتِى فِى ٱلصُّدُورِ

Artinya :

Maka apakah mereka tidak berjalan dimuka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?  Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.


Qs : Al Isra’ ayat 97

وَمَن يَهْدِ اللّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَن يُضْلِلْ فَلَن تَجِدَ لَهُمْ أَوْلِيَاء مِن دُونِهِ وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى وُجُوهِهِمْ عُمْيًا وَبُكْمًا وَصُمًّا مَّأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ كُلَّمَا خَبَتْ زِدْنَاهُمْ سَعِيرًا

Artinya :

Dan barangsiapa yang ditunjuki Allah, dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa yang Dia sesatkan maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka jahannam. Tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami tambah bagi mereka nyalanya. 


Qs : Ta-ha ayat 124-126

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى 

Artinya :

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia : “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan”.


Hadits :

دهش قريش لسماع قصة صلى الله عليه وسلم. من بين أولئك الذين شاهدوا المسجد الأقصى ، طلب هؤلاء الناس أيضًا من النبي صلى الله عليه وسلم إعادة سرد طبيعة المسجد الأقصى. ثم رفع الله تعالى المسجد ، بحيث يمكن رؤيته من قبل النبي صلى الله عليه وسلم ، وقال صلى الله عليه وسلم قال خصائصه. عند سماع شرح النبي صلى الله عليه وسلم ، صرخوا أيضًا: "من أجل الله ، البيان صحيح

Artinya :

Orang-orang Quraisy pun terheran mendengar cerita beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Di antara mereka ada yang pernah melihat Masjid al-Aqsha, maka orang-orang ini pun meminta Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan sifat Masjidil-Aqsha. Lalu Allah Azza wa Jalla mengangkat masjid itu, sehingga seolah bisa dilihat oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan sifat-sifatnya. Mendengar penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka pun berseru: ”Demi Allah, keterangannya benar” (Al-Bukhari dalam al-Fath, 17/284, no. 4710. Muslim, 1/156, no. 170. Ahmad, al-Fathur-Rabbani, 20/262-263 dari hadits Abbas dengan sanad shahih. Lafazh ini merupakan riwayat Imam Ahmad).


Hadits :

الآن لقد رأيت الجنة والجحيم صورت على هذا الجدار ، لأنني كنت أصلي معك ، لم أر أبداً الخير والشر مثل اليوم

Artinya :

Sungguh sekarang aku telah melihat surga dan neraka digambarkan pada arah dinding ini, sejak aku sholat bersama kamu, maka aku belum pernah melihat yang baik dan yang buruk seperti hari ini. (Shahih, HR : Bukhari dari Anas, Di kutip dari Kitab Al jamius Shaghier IV hal. 380).


Hadits :

دخلت ا لجنة لىلة  آ سرى ن ،ؤسمعت فى جا نبها و جسا فقلت.ىا جبر ىل ما هذ ا ? قل:هذ ا بلل الموءذن

Artinya :

Aku masuk surga di malam aku di isra’kan, lalu aku mendengar suara perlahan disebelahnya, lalu aku bertanya, “Ya Jibril suara apa itu?  Ia berkata, “Itu adalah Bilal si tukang adzan”. (Shahih, HR : Ahmad dari Ibnu Abbas, Di kutip dari Kitab Al Jamius Shaghier III hal. 48).


Kedelapan firman Allah dan dua buah hadits diatas inilah yang menjelaskan kepada kita tentang Ilmu yaqin, ainul yaqin, wa haqul yaqin. perhatikan kalimat pada firman Allah yang pertama khusus pada kalimat “Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan Ilmu Yaqin,” dan kalimat “niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,” dari dua kalimat tersebut diatas kita mendapatkan pelajaran bahwasannya ada sebahagian manusia yang diberikan Allah kepada mereka yaitu Ilmul yaqin. sehingga dengan Ilmu tersebut mereka benar-benar bisa melihat neraka jahim. tentunya bila neraka yang bersifat ghaib tersebut mampu dilihat dengan Ilmul yaqin, maka seluruh yang bersifat ghaib yakni surga, lauhil fahfudz, qursy, qalam dan lain sebagainya bisa dilihat dengan Ilmul yaqin.


pada firman Allah yang kedua perhatikan kalimat “Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling Arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya;” kalimat pada firman Allah tersebut diatas sangat jelas bahwa Rosulullah mampu melihat para malaikat yang mengelilingi arsy. sehingga bila Rosulullah Saw bisa melihat hal tersebut, maka orang alim pewaris Nabipun bisa melihat hal tersebut. dan penglihatan yang dimaksud adalah ilmul yaqin tentunya yang dimiliki oleh Rosulullah Saw. 


Kemudian dijelaskan pada firman Allah selanjutnya perhatikan kalimat “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,” dari firman Allah diatas kita mendapatkan pengertian bahwa Rosulullah mampu melihat wujud asli dari Jibril as. Tentunya bukan dengan mata dzhohiriyah tetapi dengan Ainul yaqin. kenapa ainul yaqin,? karena keterangan dalam firman tersebut Rosulullah melihat pada waktu yang lain. ini mengartikan bahwa Rosulullah Saw melihatnya bukan pada alam raya ini.  akan tetapi sudah masuk kepada dimensi alam yang lain (Bil ghaib). 


Pada firman Allah selanjutnya sekaligus mempertegas firman Allah diatas perhatikan kalimat “(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.” maka menjadi jelas yang dimaksud pada waktu yang lain adalah alam dimana shidratul muntaha berada. Firman Allah selanjutnya yakni firman Allah yang kelima sama seperti kedua firman Allah sebelumnya yaitu melihat pada dimensi alam yang lain kemudian pada firman Allah selanjutnya perhatikan kalimat khusus pada kalimat “Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” dengan adanya firman Allah tersebut diatas maka menjedi jelas bahwa inti dari pada penglihatan Ilmul yaqin serta haqul yakin terletak pada “Hati.“ sekirannya seseorag memiliki penglihatan yang tajam ketika hatinya buta, maka dia tidak akan mampu untuk melihat dimensi keghaiban. 


Pada firman Allah selanjutnya dimana dijelaskan orang yang mati hatinya adalah buta sekalipun dia melihat. maka kelak akan dibangkitkan oleh Allah diyaumil hizab kelak dalam keadaan buta. perhatikan kalimat “Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak.“ kenapa demikian? karena mereka diberikan penglihatan oleh Allah tetapi mereka tidak menggunakan penglihatan tersebut untuk mencermati apa-apa yang sudah dijadikan Allah dimuka bumi ini, termasuk Al qur’an. mereka tidak mau mempelajari serta mengimaninya. kemudian mereka juga diberikan pendengaran oleh Allah, tetapi tidak dipakai untuk mendengar tentang sesuatu yang baik yang mengandung hikmah yang sudah disediakan Allah dijagad raya ini, serta mereka memiliki lidah yang bisa  berbicara tetapi yang keluar dari mulut mereka adalah nilai-nilai kejahatan termasuk dusta. sehingga burhanullah yang tersebar dialam semesta ini tidak mampu dicermati dengan indera yang diberikan Allah kepada mereka, sehingga yang menjadi pokok dari segala sumber penglihatan “Hati” menjadi mati. maka kelak Allah akan membangkitkan mereka dalam keadaan buta, tuli, bisu, serta pekak. 


Kemudian pada firman Allah yang terakhir dimana Allah Swt mempertegas tentang firman Allah sebelumnya perhatikan kalimat “dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” dan kalimat “berkatalah ia : “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta?” kemudian kalimat “padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat.?” lalu kalimat “Allah berfirman : “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan.” ini merupakan kejelasan dari Allah kenapa dibangkitkan sebentar nanti dalam keadaan buta.  


Dijelaskan pada hadits pendukung yang pertama perhatikan kalimat “maka orang-orang ini pun meminta Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menceritakan sifat Masjidil-Aqsha.” hadits ini menceritakan tatkala Rosulullah menceritakan kejadian tentang Mi’rajnya beliau yang diperjalankan oleh Allah dari masjidil haram kemasjidil aqsha sampai kemustawa, akan tetapi oleh kaum Quraisyi, mereka tidak langsung mempercayai omongan Nabi. maka mereka ingin membuktikan tentang kebenaran dari cerita Nabi tersebut sehingga mereka yang sudah pernah melihat masjidil aqsha dengan benar, bertanya kepada Nabi. Kemudian kalimat “Lalu Allah Azza wa Jalla mengangkat masjid itu, sehingga seolah bisa dilihat oleh Rasulullah“ dari kalimat tersebut diatas, kita bisa mendapatkan pelajaran tentang nilai-nilai dari ilmul yaqin. perhatikan sekali lagi kalimat “Lalu Allah Azza wa Jalla mengangkat masjid itu“ kalimat ini mengartikan bahwa Allah mengangkat. yang menjadi pertanyaan siapa yang bisa melihat Allah mengangkat masijidil Aqsha tersebut? yang mampu melihatnya hanya Rosulullah. kenapa? karena beliau melihatnya dengan Ilmul yaqin. kemudian kalimat “sehingga seolah bisa dilihat oleh Rasulullah.“ kalimat ini sangat jelas bahwa kalimat “Seolah“ merupakan suatu kepastian yang mampu dilihat hanya dengan menggunakan “Ilmul yaqin.“ untuk lebih jelasnya maka akan dikemukakan satu buah hadits :


Hadits :

قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِحْسَانِ. قَالَ « أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ 

Artinya :

“Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu?‘ Beliau menjawab, ‘Kamu menyembah Allah seoleh-olah kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR : Muslim 102).


Sekarang perhatikan kalimat “Kamu menyembah Allah seoleh-olah kamu melihat-Nya,” ini sangatlah jelas. seseorang  tidak akan mampu seolah-olah melihat Tuhan, bila orang tersebut benar-benar tidak berada pada tingkatan “Ma’rifatullah.“ dia akan mampu seolah-olah melihat Tuhan manakala dia benar-benar tela Ma’rifat kepada Allah.


Contoh yang simpel saja, seseorang perna pergi kejakarta kemudian melihat tugu Monas setelah dia kembali kekampung halamannya katakan (Manado), kemudian dia diminta untuk seolah-olah melihat tugu Monas, maka orang tersebut akan mampu seolah-olah melihat tugu monas. manakala seseorang tidak pernah melihat tugu monas, kemudian kita meminta dia untuk seolah-olah melihat tugu monas maka sampai kapanpun dia tidak akan bisa seolah-olah melihat tugu monas.


Sehingga dengan adanya hadits pendukung tersebut, maka bisa dijelaskan tentang hadits yang ada kaitannya dengan Mi’rajnya Nabi ketika ditanya tentang keadaan dari masjidil Aqsho. seketika itu juga Rosulullah mampu seolah-olah melihat Masjidil aqsho, dikarenakan melihatnya dengan Ilmul yaqin.  dengakan kalimat “Seolah-olah.” 


Kemudian pada hadits selanjutnya dimana hadits tersebut menceritakan tentang Haqul yaqin, perhatikan kalimat “Aku masuk surga di malam aku di isra’kan,” kalimat ini sangat jelas bahwa Rosulullah Saw diizinkan masuk kedalam surga oleh Allah, secara haq. (talia)

Special Ads
Special Ads
Special Ads
© Copyright - Republiknews
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.