GpdlGfO6GUAiTpMpTfr6GSOo

Slider

Demokrasi dan konstruksi perjuangan menegakkan Hak Asasi Manusia dalam Demokrasi

Republiknews, - Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi : segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 


Tugas penguasa di negara dan daerah  adalah melindungi, mengayomi serta mendidik warga negara untuk membangun demokrasi, menjamin kebebasan berpendapat, bahkan memfasilitasi lahirnya ide dan gagasan untuk memperkuat cita-cita luhur berbangsa dan bernegara.  


Menggunakan strategi penculikan dalam tujuan pembungkaman kebebasan berfikir dan berpendapat warga negara merupakan strategi yang tidak semestinya ditempuh oleh penguasa, karena kecil sekali manfaatnya, sebaliknya memproduksi antipati sangat besar dari warga negara, bahkan warga negara lain dalam persfektif kemanusiaan. 


Kita akan mengingat masa-masa kelam, di daerah dan bangsa ini. Di masa-masa kelam itu, penculikan marak terjadi. Segar dalam ingatan kita, penculikan 1997 - 1998 terhadap aktivis pro demokrasi. Penculikan aktivis  berpengaruh besar bagi kemenangan PDI - Mega dibawah komando Megawati Soekarnoputri, dan hingga kini masih menjabat ketua umum PDI - Perjuangan. 


Dari 23 orang yang diculik, 1 ad orang ditemukan tewas, 9 orang dilepas penculiknya, 13 orang tidak ditemukan hingga saat ini. Mereka yang hilang merupakan bagian langsung dari PDI-Pro Mega, Partai Rakyat Demokrat (PRD) pimpinan Budiman Sujatmiko dan Koalisi Mega Bintang. Aktivis yang hilang dan tidak kembali, (bersumber dari KONTRAS) mereka adalah :   

- Wiji Thukul (penyair, aktivis JAKER, hilang di Jakarta pada 10 Januari 1998).

- Petrus Bima Anugrah (mahasiswa Universitas Airlangga dan STF Driyakara, aktivis SMID, hilang di Jakarta pada 30 Maret 1998). 

- . Yani Afri (sopir, pendukung PDI Megawati, ikut koalisi Mega Bintang dalam Pemilu 1997, sempat ditahan di Makodim Jakarta Utara. Dia hilang di Jakarta pada 26 april 1997).

- Herman Hendrawan (mahasiswa Universitas Airlangga, hilang setelah konferensi pers KNPD di YLBHI, Jakarta, 12 Maret 1998).

- Suyat (aktivis SMID. Dia hilang di Solo pada 12 Februari 1998).

- Sonny (sopir, teman Yani Afri, pendukung PDI Megawati. Hilang di Jakarta pada 26 April 1997).

-  Dedi Hamdun (pengusaha, aktif di PPP dan dalam kampanye 1997 Mega-Bintang. Hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997)

- Noval Alkatiri (pengusaha, teman Deddy Hamdun, aktivis PPP. Dia hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997)

- Ismail (sopir Deddy Hamdun. Hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997)

- Ucok Mundandar Siahaan (mahasiswa Perbanas, diculik saat kerusuhan 14 Mei 1998 di Jakarta)

-  Hendra Hambali (siswa SMU, raib saat kerusuhan di Glodok, Jakarta, 15 Mei 1998)

-  Yadin Muhidin (alumnus Sekolah Pelayaran, sempat ditahan Polres Jakarta Utara. Dia hilang di Jakarta pada 14 Mei 1998)

- . Abdun Nasser (kontraktor, hilang saat kerusuhan 14 Mei 1998, Jakarta)

Mereka yang sedang berkuasa di daerah dan negara semestinya memahami akibat dari penerapan strategi penculikan yang pernah ditempuh pemerintah Orde Baru, serta metode untuk membungkam kebebasan berfikir dan berpendapat.

Penulis, Aktivis Lingkungan: Nindy P

Special Ads
Special Ads
Special Ads
© Copyright - Republiknews
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.