Oleh : R Rasya
Maluku, Rapubliknews - Maluku bukan saja lumbung ikan, tapi sentra produksi komoditi cengkeh, pala & kopra. Itu kalau mau dipikirkan & diperjuangkan, Setiap tahun tanaman tersebut tidak ada peremajaan & perawatan yang berarti, hingga jumlah tanaman kian berkurang & tidak lagi mampu memberikan nilai tambah lebih bagi masyarakat & daerah.
Setelah lepas masa kejayaan harga komoditi rempah tersebut di pertengahan tahun 1980-an sampai awal 1990-an, tidak ada lagi cerita kesejahteraan yang bersumber dari komoditi itu.
Artinya sejak itu praktis pendapatan masyarakat dari perkebunan rempah berkurang drastis & Maluku masuk dalam babakan katagori provinsi miskin hingga saat ini.
Lebih tragis sejak saat itu masyarakat mulai menggadai tanaman rempah untuk membiayai seluruh kebutuhan hidup, tradisi keagamaan, tradisi sosial & pendidikan anak.
Praktik terus berlanjut tanpa solusi yang baik di sektor perkebunan & keuangan, termasuk solusi menaikkan & memproteksi harga jual komoditi melalui kebijakan pasar komoditi.
Walau begitu tidak ada suara keras & tangisan dari pemangku kepentingan seperti mereka menyuarakan LIN di parlemen pusat. Yaa mungkin tangisan karena ada uang besar di depan mata untuk biaya operasi pileg 2024.