GpdlGfO6GUAiTpMpTfr6GSOo

Slider

Bincang-Bincang Ekonomi dan Kenaikan Harga Bahan Pokok


Republiknews.com, Ambon
- Kenaikan harga bahan pokok (sembako) sudah menjadi tradisi di bangsa ini, terutama pada bulan Ramadha dan hari-hari besar lainnya. 


Kenaikan bahan pokok yang sering terjadi pada hari-hari besar keagamaan seperti bulan puasa, idul adha, Natal dan Tahun Baru Masehi, tentu hal ini manjadi masalah utama pemerintah indonesia dan masyarakatnya, 


Olehnya itu Bakornas LEMI PB HMI memfasilitasi kegiatan serta menghadirkan Narasumber-narasumber pada kegiatan Semarak Ramadhan dan Diskusi Publik dengan Tema "Bincang-Bincang Ekonomi dan Kenaikan Harga Bahan Pokok" setiap bulan puasa (Romadhan). Kata Direktur Eksekutif LEMI PB HMI (sudirman Hasyim) dalam sambutannya. 


Kegiatan yang di buka lansung oleh Ketua Bidang Hankam PB HMI (Arven Marta) yang mewakili ketua umum PB HMI. 


dalam sambutan dirinya mengatakan bahwa kenaikan harga bahan pokok yang sering terjadi di setiap bulah ramadhan semacam suatu kebudayaan masyarakat di indonesia, 


" Namun yang menjadi masalah utama adalah indonesia dengan berbagai pulau pemerintah harus lebih fokuskan diri pada wilayah produksi agar bisa terhindar dari inflasi ekonomi terutama inflasi bahan pokok yang terjadi setiap tahun di momen bulan puasa." Ujarnya. 


Lanjut dikatakan Arven Kabid Hankam PB HMI ini dalam diskusi ketika di beri kesempatan dirinya mengatakan sangat merasa keganjalan dalam melihat situasi negara yang kerja pemerintah hanya inpor bahan pokok dan seakan tidak ada lahan produksi di negara ini padahal daerah-daearah produksi masi banyak seperti Kalimantan dan daerah lain di indoneaia seperti di Bima NTB sebagai penghasil bawang merah terbesar namun tidak di perhatikan oleh pemerintah. 


Disaat yang sama, oleh perwakilan INDEF (Izudin Alfaris) bahwa fakta kenaikan bahan pokok yang terjadi di hari-hari besar seperti bulan puasa (ramadhan), idul adha dan natal maupun hari-hari besar lainnya adalah bertumpuk pada  lima bahan pokok utama seperti 1) Cabe merah, 2)  beras, 3) daging, 4) bawang merah dan 5) telur. Dan ini terjadi pada saat H-sebulan menjalang puasa. 


Kenaikan harga bahan pokok secara ekonomi terjadi akibat permintaan yang relatif lebih tinggi, jika di pikirkan pada bulan puasa yang seharusnya tingkat konsumsi berkurang akibat banyak yang puasa pada siang hari, malah menjadi terbalik dari waktu-waktu sebelum. Padahal bulan puasa semestinya konsumsi lebih rendah akibat banyak yang berpuasa malah lebih tinggi kebutuhan konsumsi. Menurutnya ini di akibatkan oleh pasokan bahan pokok dan kecenderungan sifat utama bahan pokok itu seperti cabe merah. 


Izudin menjelaskan bahwa alasan kenikan harga cabe merah disebabkan oleh jumlah permintaan lebih besar dan sifat utama cabe yang relatif tidak bertahan lama (cepat rusak) di bandingkan dengan bahan pokok lainya. Sementara itu untuk beras, bawang merah,  daging dan telur itu terjadi akibat kebutuhan/permintaan lebih. 


Selain itu menurut akademisi sekakigus pengurus Majelis KAHMI nasional (Dr. H. Mustadin Tanggala) mengatakan bahwa kenaikan harga bahan pokok di akibatkan menset berpikir orang telah berubah atau disebut faktor sikologi masyarakat, faktor sikologi ini terjadi dari dua sudut pandang yaitu sudut pandang internal dan sudut pandang ekseternal, dari sudut pandang internal yakni menset kita sendiri dan sudut pandang eksternal yakni menset orang lain terhadap momen lebaran, contoh harus memakai baju baru atau harus memiliki barang lebih. 


Sementara itu menurut perwakilan bulog bapak (Awaludin Iqbal) Dirinya mengatakan bahwa kenaikan harga bahan pokok ia lebih fokua pada beras, kata dia di bolog saat ini mereka masih melihat kenaikan harga beras masi dalam kategori baik dibandingkan pada tahun-tahun semasa covid 19 kemarin.  Namun mestinya pemerintah lebih fokus lagi dalam mengatasi inflasi yang sering terjadi pada waktu tertentu seperti bulan puasa, natal dan tahun baru. Kata Awaludin.


Dirinya ketika ada pertanyaan dari peserta terkait kenaikan beras dan gandum yang menjadi komsumsi utama masyarakat dirinya mengatakan kenaikan gandum seperti kedelai itu terjadi akibat monopoli pengusaha dibandingkan beras.


monopoli pengusaha terhadap bahan pokok seperti gandum, minyak goreng dan lain-lain ini seakan menjadi desain pengusaha yang sengaja memainkan pasar bahkan dirinya mengatakan bahwa beras itu sendiri yang di kuasai oleh bulog hanya diangka 8-10 persen saja sisanya di kelolah oleh pengusahan. 


Apalagi gula hampir sepenuhnya dikelola oleh pengusaha,  dan menurutnya pemerintah harus lebih bijak lagi dalam mengatur dan mengelolah pasar gandum karena semuanya telah diatur dalam undang-undang. Kata Awaludin Akbar (Bulog) 


Jika sistem pasar seperti ini pemerintahan siapapun tidak akan mampu untuk mengatasi terjadinya inflasi karena inflasi sejatinya terjadi sebenarnya bukan atas kekurangan pasokan tetapi akibat sistem yang terlalu didominasi oleh pihak suasta atau pengusaha besar. Tutupnya.


Diskusi yang di hadiri oleh puluhan mahasiswa dan pengurus PB HMI ini telah menyimpulkan bahwasanya ada masalah dibalik kenaikan harga bahan pokok di setiap momen hari-hari besar. 


Olehnya itu BAKORNAS LEMI PB HMI bertekat untuk selalu mengawal agenda-agenda ekonomi yang menyensarakan rakyat dan selalu menguntungkan mafia-mafia pasar.


S. Hitimala


Special Ads
Special Ads
Special Ads
© Copyright - Republiknews
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.