GpdlGfO6GUAiTpMpTfr6GSOo

Slider

Pengaruh Lingkungan Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa

Risalmus Supriadi
Mahasiswa Semester 2 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNIVERSITAS KHATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG


Ruteng,Republiknews.com-
Belajar adalah perubahan tingkah laku,baik yang menyangkut pengetahuan,keterampilan, maupun sikap bahkan meliputi aspek pribadi, Syaiful dan Aswan ( 2014:5).


 Belajar juga bisa dipandang sebagai cara dalam usaha untuk mencari sebuah makna yang dilakukan seseorang. Untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan seseorang pada dasarnya dibutuhkan proses belajar.


 Belajar juga dapat dikatakan sebagai suatu perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman dari seseorang. Dalam memperoleh keberhasilan belajar, salah satu faktor penunjangnya adalah lingkungan. 


 Siswa dapat belajar dengan nyaman dan fokus  jika lingkungannya juga nyaman dan bersih. Bila sudah tercipta lingkungan yang nyaman tentu siswa dapat belajar dengan nyaman dan dapat menikmati proses belajar yang dilakukannya.


 Lingkungan secara umum adalah kondisi yang ada dalam ruangan yang kita tempati,yang dapat mempengaruhi kehidupan kita, Soemarwoto (2022:3).


Kita tahu bahwa setiap manusia pasti akan mengalami yang namanya belajar.  Manusia yang baru saja lahir  secara perlahan dia akan belajar untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan,ini adalah salah satu contoh tahap belajar. 


Perubahan yang bertujuan dan berencana merupakan contoh perubahan yang diinginkan dalam diri siswa.  Siswa akan belajar dari tujuan yang ia tentukan, yaitu hasil belajar yang baik.


Seorang siswa dengan sendrinya akan berinteraksi dengan lingkungan dalam sebuah proses belajar. Lingkungan dapat memberikan dorongan terhadap seseorang dan begitu juga sebaliknya seseorang tersebut harus memberikan reaksi terhadap lingkungan. 


Dalam hubungan tersebut akan terciptannya perubahan perilaku pada seseorang.  Perubahan perilaku tersebut akan menimbulkan perubahan yang positif dan negatif.  Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, tentu memerlukan kondisi atau situasi lingkungan belajar yang nyaman dan tenang baik dari lingkungan rumah, sekolah ataupun itu lingkungan masyarakat. 


Dengan terciptanya lingkungan yang tenang dan nyaman siswa lebih mudah mengerti dan mempelajari bahan atau materi belajar secara maksimal.    Kita harus berusaha supaya lingkungan yang baik dapat memberi pengaruh positif  terhadap anak,sehingga anak tersebut dapat belajar dengan sebaik-baiknya.


Lingkungan belajar berperan sebagai penunjang kegiatan belajar peserta didik dan menjadi sumber belajar yang berkaitan dengan prestasi belajar siswa. Kondisi yang sangat diinginkan oleh setiap siswa adalah prestasi belajar yang tinggi.  


Tidak semua siswa mampu memenuhi kondisi yang diharapkan,itu diakibatkan karena banyak faktor yang turut mempengaruhi prestasi belajar  siswa.Faktor ekternal yang dapat mempengaruhi perkembang dan dapat memberi pengaruh bagi seorang siswa dalam proses belajarnya adalah lingkungan belajar. 


Kenyamanan dan ketenangan lingkungan perlu diperhatikan agar anak lebih konsentrasi pada pelajaran, bukan hanya terfokus pada fasilitas yang tersedia saja.


Lingkungan pendidikan atau lingkungan belajar dapat digolongkan menjadi tiga,  antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.  


Keberhasilan prestasi belajar seseorang tidak terlepas dari interaksi yang membantunya di lingkungan belajar. Pusat pendidikan yang utama dan paling pertama itu adalah keluarga, tetapi lingkungan keluarga  juga dapat menjadi faktor kesulitan belajar seseorang.  


Orang tua, suasana rumah tangga atau suasana keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga itu semua merupakan faktor dari lingkungan keluarga.  Dalam lingkungan keluarga Anak yang lahir berada dalam pemeliharaan orang tua.


 Orang tua menjadi teladan bagi anaknya dan tidak hanya berperan sebagai pendidik, pemeliharaan, pengasuh, pembimbing, maupun sebagai guru bagi anaknya.  Kita semua tidak sadar bahwa seorang anak akan meniru semua perbuatan yang dilakukan orang tuanya. 


 Oleh karena itu, orang tua harus menghindari semua sikap yang bermasalah pada dirinya.  Orang tua juga harus lebih memperhatikan perkembangan belajar anaknya, karena hubungan orang tua dengan anak itu sangat berpengaruh dalam proses kemajuan belajar anaknya. 


Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua yang memunginkan seorang anak meningkatkan pengetahuannya dan mengembangkan keterampilan dan bakat yang dimilikinya.  


Dikatakan sebagai pendidikan formal karena diadakan di sekolah atau di tempat tertentu dan mempunyai jenjang mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (UndangUndang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003) tentang sistem pendidikan nasional Bab VI pasal 41.  


Lingkungan sekolah memiliki peran penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Karena keluarga saja tidak bisa hanya mendidik anak akan tetapi, anak membutuhkan wadah untuk mengembangkan potensinya yaitu sekolah.


 Adanya sekolah, akan memperluas pengetahuan siswa. Sekolah juga tidak terlepas dari dukungan orang tua. Sekolah dapat menciptakan suasana kondusif bagi proses pendidikan asalkan manajemen sekolah dikembangkan dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik.


Sekolah sebagai sistem sosial dan sekolah sebagai agen perubahan, bukan hanya harus peka terhadap penyesuaian diri, melainkan seharusnya pula dapat mengantisipasi perkembangan-perkembangan yang akan terjadi dalam kurun waktu tertentu. 


Perubahan yang begitu cepat dalam kehidupan masyarakat merupakan akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta macam-macam tuntutan kebutuhan dari berbagai sektor sangat berpengaruh terhadap kehidupan sekolah.


Proses belajar mengajar berlangsung di dalam kelas. Belajar itu sendiri artinya proses pembelajaran perilaku berkat pengalaman dan latihan. Atau dengan kata lain, melakukan kegiatan untuk perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap bahkan meliputi segenap aspek pribadi. 


Tanggung jawab guru meliputi kegiatan belajar mengajar mengorganisasikan pengalaman belajar menilai proses dan hasil belajar.


 Faktor mempengaruhi lingkungan sekolah yaitu pertama, Lingkungan fisik sekolah seperti sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajar, dan media belajar. 


Kedua yaitu Lingkungan sosial yang menyangkut soal hubungan siswa dengan teman-temanya, guru-gurunya, dan staf sekolah yang lain, dan yang ketiga, Lingkungan Akademis yaitu suasana sekolah dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikule


Jadi lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang berpengaruh kedua setelah lingkungan keluarga, dan adapun keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh sebuah proses atau lingkungan sekolah saja melainkan lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat juga menjadi faktor penunjang keberhasilan tersebut.


Lingkungan belajar yang ketiga adalah lingkungan masyarakat. Hubungan antara dua orang atau lebih yang tidak terbatas itu terjadinya di lingkungan masyarakat. Masyarakat juga salah satu lingkungan pendidikan yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan pribadi seseorang. Hal yang akan mewarnai keadaan masyarakat seperti pandangan hidup, cita-cita bangsa, sosial budaya, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Anak mendapat pendidikan di lingkungan masyarakat.lembaga ketiga yang ikut tanggung jawab dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa adalah masyarakat.


Melalui pendidikan di masyarakat, anak akan dibekali dengan penalaran dan keterampilan. Pendidikan di masyarakat sering dijadikan sebagai upaya mengoptimalkan perkembangan diri. Partisipasi masyarakat membantu pemerintah dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa sangat diharapkan. Masyarakat berperan penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Peranan masyarakat dengan menyelenggarakan pendidikan di dalam sistem pendidikan nasional disebut pendidikan kemasyarakatan.


Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai siswa, yaitu faktor intern yang berasal dari siswa itu sendiri dan faktor ekstern yang berasal dari luar diri siswa tersebut. Pertama, Faktor dari dalam diri siswa adalah kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali. Clark mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Selain faktor kemampuan siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, faktor fisik dan psikis.


Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar. Sebab hakikat kegiatan belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diniati dan disadari. Siswa harus merasakan adanya kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Kedua, Faktor dari luar atau faktor lingkungan yang mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran merupakan tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan.



Menurut caroll hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: bakat belajar, waktu yang tersedia untuk belajar, waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, kualitas pengajar, dan kemampuan individu. Para guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas merupakan lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang dapat menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik, contohnya rajin membaca dan berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Teman-teman yang rajin belajar dapat mendorong seorang siswa untuk lebih semangat dalam kegiatan belajarnya

Menurut Slameto (2010: 72) yang menyebutkan bahwa lingkungan belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Selain faktor dari dalam diri siswa, faktor dari luar diri siswa juga mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah. Faktor ekstern (luar) siswa juga memberikan pengaruh pada prestasi belajar siswa.Kesadaran orang tua tentang pentingnya pendidikan tercermin dalam perhatian yang berupa dukungan belajar bagi anak atau siswa. Siswa yang mendapat dukungan belajar dari keluarganya akan mempunyai semangat belajar yang tinggi sehingga bisa menghasilkan prestasi belajar yang baik. Suasana sekolah dan teman sekelas yang membangkitkan semangat belajar siswa serta masyarakat yang peduli pada kegiatan belajar siswa di luar sekolah akan membuat prestasi belajar siswa meningkat.


Menurut Bret Allen Taylor (2004: 10) yang meneliti tentang lingkungan belajar juga menemukan hasil yang serupa, lingkungan belajar akan berpengaruh terhadap prestasi belajar. Lingkungan belajar yang kondusif akan memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Mengapresiasi Pekerjaan Peserta Didik Sebagai Pemacu Semangat Belajar

Menghadapi era modern sekarang, setiap individu dituntut untuk menempuh pendidikan. Tingkat kecerdasan intelektual yang sudah ada sejak lahir, bukanlah tolak ukur untuk menguasai dan menggunakan teknologi-teknologi yang ada.


 Disini peranan lembaga pendidikan sangat penting dalam membentuk manusia yang genius dan mampu menerima perubahan-perubahan zaman yang ada dan akan datang. Oleh karena itu, lembaga pendidikan mempunyai andil besar, dan semestinya dijalankan secara profesional dan sebaik mungkin. Hal ini bertujuan untuk menciptakan output yang berkualitas.


Tujuan pendidikan yang ingin dicapai, secara garis besar, gurulah yang secara aktif mewujudkannya. Pembentukan karakter, pemberian ilmu pengetahuan, serta hal-hal positif yang diperoleh peserta didik menjadi misi utama seorang guru. Misi-misi ini dilakukan dengan berbagai cara dan metode sehingga terjadi peningkatan level kematangan intelektual dan karakter peserta didik.


Perluasan wawasan dan pengetahuan serta pembentukan karakter peserta didik dapat dicapai melalui kegiatan pembelajaran di dalam maupun di luar ruangan kelas. 


Kegiatan pembelajaran yang dijalankan, berpacu pada kurikulum yang berlaku dan menjadi pedoman guru dalam menjalankan tugas mengajarnya. Hal ini bukan berarti guru berpaku pada buku pegangan guru yang disediakan, tetapi juga berusaha menciptkan kegiatan pembelajaran yang kontekstual.


Guru sebagai seorang pengajar, berusaha mengevaluasi dan mengukur kemampuan dan karakter peserta didik. Kegiatan ini dilakukan dengan cara: melihat keaktifan, sikap dan tutur kata, bertanya jawab, serta memberi tugas dan pekerjaan rumah (PR). Dari kegiatan evaluasi ini, tentu terdapat banyak hal positif yang bisa ditimba baik terhadap peserta didik maupun seorang pendidik. 


Terhadap peserta didik, mereka bisa mereview kembali materi yang sudah dijelaskan, sehingga menjadi ingatan jangka panjang. Sedangkan terhadap guru, beberapa hal ini menjadi titik tolak pemberian nilai terhadap peserta didik. 


Sesuai judul yang terterah, mari kita borfokus pada pemberian tugas/pekerjaan rumah (PR). Tugas diberikan dengan maksud murid mengerjakannya dan akan diberi nilai ketika pertemuan selanjutnya. Guru bisa melihat kemampuan siswa melalui hasil pekerjaan mereka. 


Juga untuk peserta didik, mereka akan mengintrospeksi diri terhadap nilai yang diterima. Peserta didik berusaha mempertahankan nilai yang sangat memuaskan, dan belajar lebih giat, jika nilai yang diperoleh belum mencapai hasil maksimal.


Tetapi pada faktanya, masih ada beberapa guru yang malas, lupa, bahkan dengan sengaja tidak memeriksa pekerjaan peserta didik. Kadang kala guru hanya melihat sepintas dan tidak memberi nilai, padahal nilai itu sangat dibutuhkan peserta didik. 


Ada pula guru yang memberi tugas baru padahal tugas sebelumnya tidak memperoleh feedback. Hal yang terlihat sepele ini, membuat siswa frustasi dan bisa menimbulkan persoaalan besar.


Apa yang terjadi jika PR siswa tidak diperiksa dan diberi penilaian? Hal ini sangat memprihatinkan terhadap semangat belajar peserta didik. Siswa dengan susah payah berpikir, menguras otak, dan menghabiskan waktu untuk menyelesaikan soal- soal tugas. 


Ketika guru tidak mengapresiasinya, muncul sikap malas dan bisa saja stres. Selain itu, tugas yang akan dikerjakan tentu membuang-buang lembar buku, menghabiskan tinta balpoint, dan lain sebagainya. Padahal untuk membelihnya bersandar pada penghasilan orang tua.


Selain itu juga, hal ini berdampak terhadap penilaian guru yang akan direkap dan memperoleh nilai akhir peserta didik. 


Ketika guru mengabaikan PR sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi nilai akhir, maka nilai akhir itu bisa dikatakan tidak akurat. Penentuan juara kelas juga mengacu pada nilai akhir yang diperoleh. Sehingga persoalan ini berpengaruh buruk yang sangat besar.


Lalu, bagaimana solusi yang harus dilakukan untuk terus membangkitkan semangat belajar siswa?


Pertama-tama, harus ada kesadaran dari seorang guru, untuk tekun memeriksa dan memberi penilaian yang sesuai; kedua, hasil PR siswa kadang menghibur, sehingga periksalah dengan santai, coba tuliskan kata-kata motivasi pada buku PR siswa untuk memacu semangat belajar mereka; ketiga, pada akhir semester guru memberi ruang evaluasi tentang kelebihan dan kekurangan proses belajar mengajar yang telah berlangsung sebelumnya, sehingga kebiasaan-kebiasaan buruk harus dirubah, baik yang dilakukan guru maupun siswa.


 Berdasarkan uraian diatas, guru yang kerap kali disebut "pahlawan tanpa jasa" hendaknya menunjukan sikap keprofesionalismenya dalam mengemban tugas mulia guna untuk menciptakan manusia-manusia yang berkualitas.  Memeriksa dan menilai pekerjaan peserta didik adalah apresiasi yang sangat besar dan membangkitkan semangat belajar. 


Dengan demikian kemampuan intelektual serta pembentukan karakter siswa dapat berkembang dengan baik dan menjadi generasi yang tangguh dalam menghadapi arus globalisasi yang ada dan akan datang


Penulis Adalah  Risalmus Supriadi

Mahasiswa Semester 2 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNIVERSITAS KHATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG



Special Ads
Special Ads
Special Ads
© Copyright - Republiknews
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.