GpdlGfO6GUAiTpMpTfr6GSOo

Slider

Jalaluddin Rumi dan Wibawa Hanyalah Khayalan

gambar ilustrasi Islamindonesia

Cerita ini diambil dari sebuah perjalanan tentang seorang Alim bernama Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin Al-Khattabi Al-Bakri atau sering pula diberi nama Rumi.

Dikisahkan bahwa pada suatu waktu, Jalaluddin Rumi mengundang Gurunya, Syams Tabrizi ke rumahnya. 

Ketika hidangan sudah tersedia, berkata Gurunya kepada Rumi agar supaya menyediakan arak untuk diminumnya. 

Dengan terkejut Rumi bertanya " apakah anda meminumnya"?

" iya", jawab gurunya itu. 

Jalaluddin Rumi masih terkejut " maaf, saya tidak mengetahuinya." 

" sekarang engkau sudah tahu, maka sediakanlah." kembali Gurunya meminta. 

Rumi bertanya sambil berkata, seolah enggan menuruti kemauan sang guru. 

" sudah malam seperti ini, dari mana aku bisa membeli arak". tanya Rumi kepada gurunya. 

" perintahkanlah salah satu pembantumu untuk membeli arak itu". kata gurunya.

Rumi khawatir kehormatannya akan hilang jika harus menyuruh untuk membeli arak kepada pembantunya. 

" kalau begitu, pergilah engkau sendiri mencarinya, karena aku tidak akan makan hidangan ini tanpa arak ." demikian perintah gurunya kepada Rumi.

Kemudian, pergilah Rumi mencari arak untuk dibelinya.

Berbagai pikiran berkecamuk dalam hatinya.

Arak sudah jelas dilarang, jangankan meminumnya, menyentuhpun haram dilakukan, begitulah imajinasi Rumi saat itu.

Hingga akhirnya Rumi tiba di sebuah kedai, dengan segera dia membeli kemudian secepatnya disembunyikan dibalik jubah, botol berisi arak.

Tanpa disadari, ternyata ada orang yang melihat peristiwa itu, dan Rumi terus bergegas menuju ke rumahnya.

Semakin lama, semakin banyak orang mengikutinya dari belakang.

Hingga akhirnya Rumi tiba didepan mesjid dimana dirinya sebagai Imam disitu.

Tiba-tiba langkah Rumi terhenti, seseorang telah melontarkan kalimat.

" orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian pengikutnya, ternyata telah membeli arak dan membawanya pulang."

Orang-orang semakin ramai, sebagian meludahi wajah Rumi, bahkan sebagian yang lain memukulinya hingga sorban dikepalanya lengser ke leher.

Bahkan orang-orang semakin yakin, bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Rumi tentang zuhud dan taqwa yang diajarkannya.

Mereka semakin berani bertindak, bahkan ada yang berniat untuk membunuhnya, sedangkan Rumi hanya diam tanpa membela ataupun memberi perlawanan.

Lalu, Syams Tabrizi bergegas mendatangi dan melerai situasi itu.

" botol yang ada itu berisi cuka." kata gurunya.

" kalian telah memfitnah orang alim dengan menuduhnya meminum arak." kata Syams memberi penjelasan kepada kerumunan orang itu.

Orang-orang nampak tidak percaya begitu saja, akhirnya Syams mengambil botol dari tangan Rumi lalu menuangkannya ke tangan orang-orang itu.

Barulah mereka percaya, bahwa botol yang dibawa Rumi adalah cuka untuk memasak.

Mereka lalu memukul kepala masing-masing, sambil meminta maaf dan bersimpuh di kaki orang alim itu, mencium tangan Rumi kemudian bergegas pergi.

" malam ini engkau telah menyebabkan aku terjerumus dalam persoalan yang besar, kehormatan dan nama baikku kini ternoda, tolong jelaskan maksud dibalik ini semua". tanya Rumi kepada gurunya.

" supaya kau paham, bahwa wibawa hanyalah hayalan saja." kata Syams kepada muridnya.

" mungkin kau selama ini berfikir, bahwa penghormatan dari orang-orang seperti mereka adalah sesuatu yang abadi, sekarang engkau melihat sendiri bukan?".

Syams mengingatkan, hanya karena sebuah botol minuman saja, semua kehormatan itu sirna hingga nyawapun terancam.

Ini kebanggan yang engkau kejar sepenuh tenaga dan hilang dalam sekejab, Syams mengingatkan kembali.

" bersandarlah hanya kepada dzat yang tidak tergoyahkan dan tidak patah oleh perubahan zaman, sandarkanlah dirimu pada Allah semata." kata Syams kepada muridnya.

Semoga kisah ini memberi manfaat, " sesungguhnya hanya Allah maha mengetahui segala sesuatu ".







Special Ads
Special Ads
Special Ads
© Copyright - Republiknews
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.