GpdlGfO6GUAiTpMpTfr6GSOo

Slider

RAGAM SHOLAT SUNNAH. Oleh : Tamrin.Lahiya

Gambar ilustrasi


Sholat Sunnah Fajar.

Sholat sunat Fajar adalah sholat sunat yang senantiasa dilakukan Nabi dua raka'at sebelum Shubuh .

Hadits


لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مِنْهُ تَعَاهُدًا عَلَى رَكْعَتَيْ الْفَجْر


Artinya :


Aisyah ra ,berkata : " Tidaklah kerajinan Nabi SAW menempati sembahyang sunat melebihi dari ketetapannya (kerajinannya) dalam sembahyang dua raka'at (SUNNAT) FAJAR (Shahih R,Bukhari ,Muslim ,Riadhus Shalihin II ,hal. 178)


Hadits


  : رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا


Artinya:


Aisyah ra berkata : Bersabda Nabi SAW : " Dua raka'at (sholat) SUNNAT FAJAR lebih baik dari dunia dan seisinya ". (Shahih R, Muslim 1193 , Riadhus Shalihin)


Hadits :


عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ حَفْصَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُ مِنْ الْأَذَانِ لِصَلَاةِ الصُّبْحِ وَبَدَا الصُّبْحُ رَكَعَ رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ تُقَامَ الصَّلَاةُ


Artinya :


Dari Ibnu Umar, beliau berkata bahwasanya Hafshah Ummul Mukminin telah menceritakan kepadanya bahwa dahulu bila muadzin selesai mengumandangkan adzan untuk shalat subuh dan telah masuk waktu subuh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat sunnah dua rakaat dengan ringan sebelum melaksanakan shalat subuh.( HR Bukhari 583).


Hadits :


كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ بَيْنَ النِّدَاءِ وَالْإِقَامَةِ مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ


Artinya :


“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat dua rakaat ringan antara adzan dan iqamat shalat subuh.”(HR. Bukhari 584)


Hadits :


كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَفِّفُ الرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الصُّبْحِ حَتىَّ إِنِّيْ لأَقُوْلُ : هَلْ قَرَأَ بِأُمِّ الْكِتَابِ؟


Artinya :


“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meringankan dua rakaat shalat sunnah subuh sebelum shalat fardhu Subuh, sampai-sampai aku bertanya : “Apakah beliau membaca surat Al-Fatihah?” (HR Bukhari 1095 dan Muslim 1189)


Kelima Hadits Nabi tersebut diatas inilah yang menjelaskan kepada kita Bahwasannya Rosulullah melakukan Dua Raka’at sholat ringan sebelum mengerjakan sholat Subuh perhatikan kalimat pada hadits yang pertama : “ Tidaklah kerajinan Nabi SAW menempati sembahyang sunat melebihi dari ketetapannya (kerajinannya) dalam sembahyang dua raka'at (SUNNAT) FAJAR “ . kalimat ini sangat jelas bahwasannya sholat Fajar yang dilakukan Nabi sebelum subuh, hampir tidak pernah ditinggalkan Nabi semasa Hidupnya. 


Kemudian pada hadits yang kedua : “ Dua raka'at (sholat) SUNNAT FAJAR lebih baik dari dunia dan seisinya “ Kalimat ini sangat jelas dimana Nabi menjelaskan bahwasannya sholat Fajar dua raka’at lebih baik ketimbang dunia dan seisinya. Seluruh materi yang berada di alam raya ini kala  hebatnya ketimbang dua raka’at sebelum subuh. 



Bacaan Ketika Sholat Sunnah Fajar sebelum subuh 


Hadits :


أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ فِي رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ


Artinya :


“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca dalam dua rakaat shalat sunnah subuh surat Al Kafirun dan surat Al Ikhlas” (H.R Muslim 726)


Hadits :


أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ فِي الْأُولَى مِنْهُمَا قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا الْآيَةَ الَّتِي فِي الْبَقَرَةِ وَفِي الْآخِرَةِ مِنْهُمَا آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ


Artinya :


“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam dua rakaat shalat sunnah subuh membaca ayat قُولُواْ آمَنَّا بِاللّهِ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْنَا (Al Baqarah 136) pada rakaat pertama dan membaca آمَنَّا بِاللّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (Ali Imran 52) pada rakaat kedua” ( HR. Muslim 727).


Kedua hadits tersebut diatas inilah yang menjelaskan kepada kita tentang ayat yang dibaca oleh Nabi ketika melakukan sholat Sunnah Fajar sebelum subuh. Perhatikan kalimat pada hadits yang pertama : “ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca dalam dua rakaat shalat sunnah subuh surat Al Kafirun dan surat Al Ikhlas “ maka menjadi jelas inilah ayat yang dibaca oleh Nabi diasaat mengerjakan Sholat Sunnah Fajar sebelum Subuh, yakni Surah Al Kafirun serta Al-Ikhlas.  Pada hadits yang kedua perhatikan seluruh kalimat , itulah yang dibacakan Nabi ketika sholat Sunnah Fajar. Yakni Qs : Al Baqarah ayat 136 dan Qs Ali Imran ayat 52.


Prilaku Nabi pada saat menunggu Iqomah setelah usai Sholat dua raka’at sebelum Subuh.


Hadits :


كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا سَكَتَ اْلمُؤَذّنُ بِاْلأُوْلَى مِنْ صَلاَةِ اْلفَجْرِ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ خَفِيْفَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ اْلفَجْرِ بَعْدَ اَنْ يَسْتَبِيْنَ اْلفَجْرُ ثُمَّ اضْطَجَعَ عَلَى شِقّهِ اْلاَيْمَنِ حَتَّى يَأْتِيَهُ اْلمُؤَذّنُ لِلإِقَامَةِ


Artinya :


“Apabila muadzdzin telah selesai adzan untuk shalat subuh, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum shalat subuh, beliau shalat ringan lebih dahulu dua rakaat sesudah terbit fajar. Setelah itu beliau berbaring pada sisi lambung kanan beliau sampai datang muadzin kepada beliau untuk iqamat shalat subuh.” (HR Bukhari 590)


Hadits diatas inilah yang menjelaskan kepada kita bahwasannya untuk menunggu masuknya sholat Fardhu Subuh setelah mengerjakan Sholat Sunnah 2 rakaa’at adalah berbaring. Perhatikan kalimat pada hadits tersebut diatas : “ Apabila muadzdzin telah selesai adzan untuk shalat subuh “ kemudian kalimat : “ maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum shalat subuh, beliau shalat ringan lebih dahulu dua rakaat sesudah terbit fajar.” Nah kalimat ini jelas , setelah adzan dikumandangkan Rosulullah mengerjakan dua raka’at sholat Sunnah fajar. Kemudian perhatikan kalimat selanjutnya : “ Setelah itu beliau berbaring pada sisi lambung kanan beliau “ inilah yang dilakukan Nabi setelah usai sholat sunnah dua rakaa’at menunggu Iqomah beliau berbaring pada sisi lambung kanan. Untuk menunggu datangnya iqomah . perhatikan kalimat terakhir dari hadits tersebut diatas : “ sampai datang muadzin kepada beliau untuk iqamat shalat subuh.” Jelas. 


Rumah merupakan tempat terbaik untuk melakukan sholat sunnah


Hadits :


أَفْضَلُ صَلاَةِ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوبَةَ


Artinya :


“Sebaik-baik shalat seseorang adalah shalat di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari no. 731 dan Ahmad 5: 186, dengan lafazh Ahmad)


Hadits :


اجْعَلُوا فِى بُيُوتِكُمْ مِنْ صَلاَتِكُمْ ، وَلاَ تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا


Artinya :


“Jadikanlah shalat (sunnah) kalian di rumah kalian. Janganlah jadikan rumah kalian seperti kuburan.” (HR. Bukhari 1187)


Kedua hadits tersebut diatas inilah yang menjelaskan kepada kita bahwasannya tempat terbaik untuk mengerjakan sholat Sunnah adalah Rumah kita. Perhatikan kalimat pada hadits pertama : “Sebaik-baik shalat seseorang adalah shalat di rumahnya “ kalimat ini sangat jelas, Rumah adalah tempat terbaik untuk melakukan sholat Sunnah. Kemudian kalimat selanjutnya : “ kecuali shalat wajib.” Nah, kalimat ini jelas, untuk sholat Wajib yang terbaik adalah di Mesjid. Jelas.  


Dibolehkan mengerjakan Sholat sunnah sebelum Subuh pada saat terbit matahari. 


Hadits :


مَنْ لَمْ يُصَلِّ رَكْعَتَي الْفَجْرِ ؛ فَلْيُصَلِّهُمَا بَعْدَ مَا تَطْلُعُ الشَّمْسُ


Artinya :


“Barangsiapa yang belum shalat sunnah dua rakaat subuh maka hendaknya melakukannya setelah terbit matahari”. (HR. At Tirmidzi 424, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi: 1/133).


Hadits :


عَنْ قَيْسِ بْنِ قَهْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ؛ أَنَّهُ صَلَّى مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ الصُّبْحَ ، وَلَمْ يَكُنْ رَكَعَ رَكْعَتَي الْفَجْرِ ، فَلَمَّا سَلَّمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ؛ سَلَّمَ مَعَهُ ، ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَي الْفَجْرِ ، وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَنْظُرُ إِلَيْهِ ، فَلَمْ يُنْكِرْ ذَلِكَ عَلَيْهِ


Artinya :


Dari Qais bin Qahd radhiyallahu’anhu, bahwasanya ia shalat shubuh bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan belum melakukan shalat sunnah dua rakaat qabliyah subuh. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah salam maka ia pun salam bersama beliau, kemudian ia bangkit dan melakukan shalat dua rakaat qabliyah subuh, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat perbuatan tersebut dan tidak mengingkarinya. (HR. At Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi: 1/133).


Kedua Hadits Nabi tersebut diatas inilah yang menjelaskan kepada kita bahwasannya dibolehkan mengerjakan sholat Sunnah sebelum Subuh pada saat terbit Matahari. Perhatikan kalimat pada hadits yang pertama : “ Barangsiapa yang belum shalat sunnah dua rakaat subuh “ . kalimat ini jelas lanjut : “ maka hendaknya melakukannya setelah terbit matahari “ . jelas . bisa dikerjakan setelah Terbitnya matahari. 


Sholat Merupakan amalan bila dikerjakan secara berkesinambungan bisa mendatangkan kecintaan Allah. 


Hadits :


أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ


Artinya :


“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinyu, walaupun sedikit.” (HR. Muslim 783)


Hadits :


يَا عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ، كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ


Artinya :


“Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.” (HR. Bukhari 1152)


Kedua hadits tersebut diatas inilah yang menjelaskan kepada kita tentang suatu amalan yang dikerjakan secara berkekalan bisa mendatangkan kecintaan Allah. Perhatikan kalimat pada hadits yang pertama : “Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinyu, walaupun sedikit “ . kalimat ini sangat jelas . bila kita mengerjakan suatu amalan walaupun jumlahnya sedikit dalam hal ini amalan sholat Sunnah yang jumlah rakaa’atnya cuman dua rakaa’at tetapi bila dikerjakan secara berkekalan atau Kontinyu terus menerus, maka akan mendatangkan kecintaan dari Allah Swt . 


Kemudian pada hadits yang terakhir dimana Nabi menjelaskan tentang amalan seseorang yang dilakukan akan tetapi tidak berkesinambungan yang tidak akan memperoleh hasil apa-apa. Perhatikan kalimat pada hadits terakhir : “ Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan “ . kalimat ini sangat jelas yakni berbentuk pelarangan oleh Nabi. Artinya jangan kita seperti fulan bin fulan , memangnya kenapa dengan si fulan sehingga Nabi melarang mengikutinya ? perhatikan kalimat selanjutnya : “ Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam “ kalimat ini sangat jelas. Kemudian kalimat : “ namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.” Maka menjadi jelas apa yang dilarang oleh Nabi , amalan Sholat yang dilakukan tidak secara berkekalan. (T.L)

Special Ads
Special Ads
Special Ads
© Copyright - Republiknews
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.